Selasa, 19 November 2013

Bakteri penyebab infeksi saluran Urogenital


Makalah Bakteriologi
Bakteri penyebab infeksi saluran Urogenital







Di susun oleh :
Kelompok V
A.Muh.Syarif
Venilia Mayopu
Nurminarti
Suryani Ismail
Yunita T’ADA O
Sri Septi Maulina

Program Studi DIII Analis Kesehatan
Stikes Mega Rezky Makassar
Tahun Ajaran 2011/2012


KATA PENGANTAR

Bismillahi Rahmani Rahim
Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
           Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah dengan judul “Bakteri penyebab infeksi saluran urogenital “ dapat di selesaikan tepat waktu.
          Pada penulisan makalah ini,penulis telah berusaha semaksimal mungkin namun mengingat kodrat manusia sebagai manusia biasa tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan-kekurangan yang membutuhkan koreksi dan penyempurnaan dari berbagai piha.Selanjutnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.      Istiqamah S.ST selaku dosen pembimbing mata kuliah Instrument III
2.      Semua pihak yang telah memberikan sumbangsihnya.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Saran dn kritik sangat kami harapkan demi perbaikan dalam pembuatan makalah,baik yang sekarang maupun yang akan datang.


                                                                                                 PENYUSUN









DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI                                                                             
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
B.     Tujuan penulisan makalah
           BAB II : ISI
1.      Treponema pallidum
A.    Morfologi dan klasifikasi
B.     Epidemiologi
C.     Patogenesis
D.    Sifat biokimia
E.     Pencegahan
F.      Pengobatan
2.      Neisseria Gonorhoae
A.    Morfologi dan klasifikasi
B.     Epidemiologi
C.     Patogenesis
D.    Sifat biokimia
E.     Pencegahan
F.      Pengobatan

3.      Gardnerella vaginalis
A.    Morfologi dan klasifikasi
B.     Epidemiologi
C.     Patogenesis
D.    Sifat biokimia
E.     Pencegahan
F.      Pengobatan
         BAB III : PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
         DAFTAR PUSTAKA














BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. ISK merupakan kasus yang sering terjadi dalam dunia kedokteran. Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis ISK yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering juga disebut sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan tidak enak berkemih (disuria, Jawa: anyang-anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis.
PMS merupakan penyakit yang penyebaran utamanya melalui kontak seksual.PMS disebabkan oleh bbrp agen sprt virus, bacteri, protozoa dan jamur.Masalh yang timbul pada PMS adalah semakin banyak antimikroba yang resisten.PMS ini penting untuk dideteksi dini krn mengenai pasangan seks, terutama untk pnjaja sek komersial













B . Tujuan penulisam makalah
1.      Untuk mengetahui morfologi dan klasifikasi dari bakteri penyebab infeksi saluran urogenital
2.      Untuk mengetahui epidemiologi dari bakteri penyebab infeksi saluran urogenital
3.       Untuk mengetahui patahogenesis dan sifat biokimia dari bakteri penyebab infeksi saluran  urogenital
4.      Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan bakteri penyebab infeksi saluran urogenital

















BAB II
ISI
1.      Treponema pallidum
A.    Morfologi dan klasifikasi

http://www.faktailmiah.com/wp-content/uploads/2010/09/treponema.jpg?9d7bd4

Klasifikasi T. Palidum

 Domain          : Eubacteria
Filum               : Spirochaetae
Kelas               : Spirochaetae
Ordo                : Spirochaetales
Famili             : Spirochaetaceae
Genus             : Treponema
Spesies            : T. palidum

v  Berbentuk spiral batang gram negatif
v  Langsing
v  Helikel dengan ujung – ujungnya merincing
v  Kedalam setiap ujung sel tersisipkan tiga fibril aksial
v  Terdapat tunggal
v  Tidak berkapsul
v  Tidak membentuk spora
v  Motil
v  Tidak berflagel
v  Anaerobik
v  Patogenik, menyebabkan sifilis



B.     Epidemiologi
        Bakteri T. Palidum merupakan bakteri penyebab penyakit kelamin yaitu sifilis. Sejak tahun 1962, kasus – kasus sifilis di Amerika Serikat yang diperoleh semakin bertambah setiap tahunnya sekitar 4,7 %. Dalam tahun 1976, kasus sifilis primer dan sekunder yang dilaporkan telah menurun sebanyak 74 % di bandingkan dengan kasus – kasus yang dilaporkan selama tahun 1975. Sekali lagi, seperti gonore, penurunan ini mungkin disebabkan karena meningkatnya usaha- usaha pengendalian yang digalakkan sejak tahun 1972, oleh pemerintah federal Amerika Serikat.
     Seperti gonore, jumlah kasus sifilis dini (kasus primer. Sekunder dan laten dini) yang dilaporkan tidak merupakan indikasi insiden yang sebenarnya, karena kebanyakan kasus tidak dilaporkan. Insiden yang sebenarnya mungkin lebih dari enam kali jumlahkasus yang dilaporkan. Dalam tahun 1977, telah dilaporkan 64.473 kasus sifilis dari semua stadia di Amerika Serikat.
C.    Patogenesis
Manusia merupakan hospes alami satu-satunya bagi Treponema pallidum, dan infeksi terjadi melalui kontak seksual. Organisme ini menembus mukosa atau masuk melalui kulit yang mempunyai luka kecil. Setelah berada di dalam hospes, organisme tersebut akan memperbanyak diri..Treponema pallidum segera memasuki aliran darah dan pembuluh limfe dan menyebar ke jaringan lain.
Jaringan yang menjadi sasaran meliputi kelenjar limfe, kulit, selaput mukosa, hati, limpa, ginjal, jantung, tulang, mata, selaput otak, dan susunan syaraf pusat. Pada wanita, lesi awal biasanya terdapat pada labia, dinding vagina, atau pada serviks. Pada pria, lesi awal terdapat pada batang penis atau glans penis. Lesi primer dapat pula terjadi pada bibir, lidah, tonsil, atau daerah kulit lainnya.
      Setelah menembus aliran darah secara specifik Treponema pallidum menambatkan diri pada sejumlah besar jaringan. Selain menambatkan diri, Treponema pallidum memiliki sedikitnya 3 faktor virulensi yang secara parsial menetralkan respons imun. Zat glikosaminoglikan yang serupa dengan asam hialuronat bekerja sebagai faktor antikomplemen. Polisakarida berantai lurus panjang ini melapisi seluruh permukaan luar organisme. Zat tersebut mengganggu daya bunuh bakteri Treponema pallidum melalui jalur komplemen klasik (tergantung antibodi). Disamping itu Treponema pallidum membawa asam sialat pada permukaannya, yang dapat memperlambat aktivasi dan pembunuhan melalui jalur komplemen alternative (tidak tergantung antibodi). Treponema pallidum tampaknya memiliki suatu jalur siklooksigenase yang utuh dan mampu membentuk prostaglandin E2-nya sendiri dan mampu menghambat pemrosesan imun dini dengan cara merangsang kegiatan supresor dari makrofag.
D.    Sifat biokimia
Treponema pallidum bersifat mikroaerofilik,gram negatif walaupun tidak bisa dilihat dengan pewarnaan gram.
Treponema pallidum yang patogen untuk manusia belum berhasil dibiakkan pada medium buatan atau pada telur yang berembrio,ataupun pada biakan jaringan.Beberapa Treponema pallidum yang berhasil dibiakkan anaerob invitro kemungkinan hanyalah saprovit,tetapi antigennya bisa bereaksi silangdengan Treponema pallidum.
Spirochaeta dapat dimatikan dengan cepat oleh pengeringan,begitu juga dengan menaikkan tempertur sampai 42 derajat celcius.
Dalam darah atau plasma dan disimpan pada 4 derajat celcius maka organisme ini masih tetap hidup sedikitnya selama 24 jam.Hal ini sangat penting diingatdalam hal transfusi darah.
E.     Pengobatan
Pengobatan silifis ini menggunakan antibiotik Penisilin, regimen dan dosis yang diberikan tergantung pada tahapan penyakit. Obat alternatif lain adalah tetrasiklin dan seftriakson. Steroid diperlukan untuk mencegah reaksi Jarisch-Herxheimer (anafilaksis akibat spiroseta yang mati atau akan mati), dan juga setelah terapi sifilis tahap lanjut. Riwayat kontak harus dicari dan pasangan turut diterapi.
F.     Pencegahan
Bila tidak terawat, sifilis dapat menyebabkan efek serius seperti kerusakan sistem saraf, jantung, atau otak. Sifilis yang tak terawat dapat berakibat fatal. Orang yang memiliki kemungkinan terkena sifilis atau menemukan pasangan seks yang mungkin terkena sifilis dianjurkan untuk segera menemui dokter secepat mungkin.
Perawat kesehatan profesional mengusulkan seks aman dilakukan dengan menggunakan kondom bila melakukan aktivitas seks, tapi tidak dapat menjamin sebagai penjaga yang pasti. Usul terbaik adalah pencegahan aktivitas seksual dengan orang yang memiliki penyakit kelamin menular dan dengan orang berstatus penyakit negatif.
Penyakit ini pada laki-laki lebih terlihat gejalanya dibandingkan dengan perempuan.Biasanya kaum perempuan tidak mengetahui gejalanya.Gejala yang ada yaitu seperti ruam berwarna merah pada daerah kelamin,dan biasanya sangat gatal.Meski kaum perempuan tidak akan tau apakah dia menderita penyakit sifilis,sebaiknya menjaga diri agar tidak tertular penyakit ini dan menularkan penyakit ini pada orang lain.Dan bagi kaum lelaki sebaiknya juga menjaga diri sendiri agar tidak tertular atau menularkannya pada orang lain.Cara satu-satunya untuk mencegah hal ini terjadi adalah setia pada pasangannya dan juga rutin diperiksa oleh dokter agar tidak menjadi terlalu parah.
2.      Neisseria Gonorhoae
A.    Morfologi dan klasifikasi

http://php.med.unsw.edu.au/embryology/images/e/e7/Neisseria-gonorrhoeae.jpg
Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Phylum   : Proteobacteria
Class  :  Beta Proteobacteria
Ordo  : Neisseriales
Familia : Neisseriaceae
Genus  : Neisseria
Spesies : Neisseria gonorrhoeae

Bakteri Neisseria gonorrhoeae oval dengan ukuran 0,8 μm x 0,6 μm, berpasangan (kadang-kadang berupa single coccus) dan berhadapan menurut sumbu panjangnya menyerupai biji kopi. Dari biakan murni, 25% tampak dalam bentuk berpasangan/ diplococcus, 75% tampak single coccus, tetras, 8 atau lebih.
Neisseria gonorrhoeae tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini tidak berkapsul, kecuali pada varians yang mukoid terdapat kapsul yang dapat dilihat dengan pewarnaan negative atau tes Quellung.
B.     Epidemiologi
            Infeksi ditularkan melalui hubungan seksual, juga dapat menular ke janin selama proses persalinan berlangsung. Meskipun semua kelompok rentan terhadap infeksi penyakit ini, tapi kejadian tertinggi pada rentang usia 15-35 tahun. Di antara penduduk perempuan pada tahun 2000, kejadian tertinggi terjadi pada usia 15 -19 tahun (715,6 per 100.000) berlawanan dengan rata-rata laki-laki insiden tertinggi terjadi pada usia 20-24 tahun (589,7 per 100.000).
           N. gonorrhoeae Epidemiologi berbeda di tiap – tiap negara berkembang. Di Swedia, kejadian gonore yang dilaporkan 487/100.000 karena banyak orang yang menderita pada tahun 1970. Pada tahun 1987, dilaporkan sebanyak 31/100.000 orang yang menderita, pada tahun 1994 melaporkan pasien gonore menurun pada hanya sekitar 31/100.000 orang yang menderita.
Di Amerika Serikat, kejadian kasus gonore menurun. Pada tahun 1975 dilaporkan 473/100.000 orang yang menderita, di mana angka menunjukkan bahwa kasus gonore di Amerika Serikat mengalami penurunan hingga 1984.Faktor risiko antara lain:
- Hubungan seksual dengan pasien tanpa perlindungan
- Memiliki banyak pasangan seksual
- Pada bayi – saat melewati lahir dari ibu yang terinfeksi
- Pada anak-anak – pelecehan seksual (pelecehan seksual) oleh pasien terinfeksi.
C.    Patogenesis
Gonococci yang berbentuk koloni yang pekat (opaque) saja yang diisolasi dari manusia dengan gejala urethritis (peradangan urea) dan dari kultur “uterine cervical” pada siklus pertengahan. Gonococci yang koloninya berbentuk transparan diisolasi dari infeksi urethral yang tidak bergejala, dari menstruasi dan dari bentuk invasif dari gonorrhea, termasuk salpingitis dan infeksi diseminasi.
Gonococci menyerang membran selaput lendir dari saluran genitourinaria, mata, rektum dan tenggorokan, menghasilkan nanah akut yang mengarah ke invasi jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis. Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra, nanah berwarna kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Infeksi urethral pada pria dapat menjadi penyakit tanpa gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan menyebar ke urethra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan mukopurulen. Ini dapat berkembang ke tuba uterina, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba.
Bakterimia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit (terutama Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan, lengan, kaki dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada lutut, pergelangan kaki dan tangan. Endocarditis yang disebabkan oleh gonococci kurang dikenal namun merupakan infeksi yang cukup parah. Gonococci kadang dapat menyebabkan meningitis dan infeksi pada mata orang dewasa; penyakit tersebut memiliki manisfestasi yang sama dengan yang disebabkan oleh meningococci.
Opthalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci, yaitu suatu infeksi mata pada bayi yang baru lahir, didapat selama bayi berada di saluran lahir yang terinfeksi. Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal biasanya sensitif terhadap serum tetapi relatif
resistan terhadap antimikroba. Sebaliknya, gonococci yang masuk ke aliran darah dan menimbulkan infeksi yang luas biasanya resisten terhadap serum tapi mungkin cukup sensitif terhadap penicillin dan obat antimikroba lainnya.

D.    Sifat biokimia
Pada media sederhana sukar tumbuh dan diperlukan medium yang diperkaya. Bersifat aerob, suhu optimal yang dubutuhkan adalah 34-37°C dengan pH 7,2-7,6. Pertumbuhan terhenti pada suhu 30°C atau lebih dari 38,5°C. untuk pertumbuhannya juga memerlukan CO2 2-10%.
Koloni yang tumbuh pada agar coklat ( CAP ) yang diinkubasikan 48 jam, berbentuk bulat, konveks, halus, berwarna putih keabuan dengan diameter 0,5-1 mm. Pada inkubasi lebih lanjut koloni menjadi besar, kasar permukaannya, konsistensinya lunak. Untuk pertumbuhan yang baik, ke dalam medium masih diperlukan bahan-bahan, yaitu sebagai berikut :
a.       Menurut Dubos
Polimiksin B 25 unit/ml, untuk membunuh bakteri gram negative lainnya dan ristocetin 10 μg/ml untuk membunuh bakteri garam positif.
b.      Menurut Jawetz
Vankomisin 3 mg/ml, polimiksin B 100mg/ml, trimetropim 5 mg/ml, dan nistatin 2mg/ml.
Media selektif yang biasa digunakan adalah Thayer Martin media yang terdiri atas agar coklat yang mengandung :
  Vankomisin untuk menghambat bakteri gram positif.
  Kolistimetat untuk menghambat bakteri gram negative.
  Nistatin untuk menghambat jamur.
GAMBAR ??
Pada medium ini, setelah inkubasi 48 jam akan tampak koloni yang transparan, sedikit cembung, halus, mucoid, kecil-kecil seperti ujung jarum, nonhemolitik dengan diameter 1-5 mm.Media yang digunakan untuk media transport adalah sedium Muller Hinton dan Transgrow.
Koloni genus Neisseria menghasilkan indofenol oksidase sehingga memberikan tes oksidase positif. Tes okdidase dilakukan dengan meneteskan reagen 1% tetrametil parafenilen diamin monohidrokhlorid pada koloni maka koloni akan berubah menjadi merah jambu dan makin lama menjadi hitam. Dalam tes ini, regen tersebut membunuh mikroorganisme tetapi tidak merubah morfologi dan sifat pewarnaan. Tes oksidase terganggu oleh adanya asam yang dihasilkan pada prosesperagian terhadap karbohidrat, tetapi dapat diatasi dengan penambahan natrium bikarbonat.
Neisseria gonorrhoeae  meragikan glukosa dengan membentuk asam tanpa gas dan tidak meragikan gula-gula yang lain ( Tim Mikrobiologi, 2003 dan Jawetz, Melnick, dan Adelberg, 2007).
E.     Pengobatan
Karena penggunaan penicillin yang sudah meluas, resistensi gonococci terhadap penicillin juga meningkat, namun karena seleksi dari kromosom yang bermutasi, maka banyak strain membutuhkan penicillin G dalam konsentrasi tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan gonococci tersebut(MIC ≥ 2μg/mL). N. Gonorrhea yang memproduksi penicillinase (PPNG, Penicillinase Producing N. gonorrhea) juga meningkat secara meluas. Resistensi terhadap tetracycline (MIC ≥ 2μg/mL) secara kromosomal sering ditemui, dengan 40% atau lebih gonococci yang resisten pada tingkat ini. Tingkat resistensi yang tinggi terhadap tetracycline (MIC ≥ 32μg/mL) juga terjadi. Resistensi terhadap spectinomycin seperti halnya resistensi terhadap antimikroba lain Pelayanan Kesehatan Masyarakat AS merekomendasikan untuk mengobati infeksi genital yang bukan komplikasi dengan ceftriaxone 125mg secara intramuskular dengan dosis sekali pakai. Terapi tambahan dengan doxycycline 100mg 2 kali sehari selama 7 hari(per oral) direkomendasikan untuk infeksi concomitant chlamydia; erythromycin 500mg 4x sehari selama 7 hari (per oral) sebagai pengganti doxycycline bagi wanita hamil. Modifikasi darin terapi-terapi ini direkomendasikan untuk jenis infeksi N. gonorrhea yang lain.
F.     Pencegahan
1.      Profilaksis mekanis dengan kondom.
2.      Pendidikan kesehatan (health education).
3.      Pencegahan dengan obat antimikroba tidak dianjurkan karena cenderung meningkatkan resistensi bakteri.
4.      Tindakan crede pada bayi yang baru lahir.
3.      Gardnerella vaginalis
A.    Morfologi dan klasifikasi

File:G.vaginalis.jpg
Klasifikasi
Kingdom    : Bacteria
Phylum       : Actinobacteria
Order         : Bifidobacteriales
Family        : Bifidobacteriaceae
Genus         : Gardnerella
Species       : G. Vaginalis

Bacterial vaginosis (BV) is suatu flora vagina yang hidup secara normal, lactobacilli termasuk Gardnerella vaginalis dan anaerob
ini ditunjukan dengan adanya warna abu-abu, homogen, terkait dengan pH. Ada pada sebagian wanita dengan kondisi yang asymptomatis.
Bahwa Gardnerella vaginalis bukan dari kondisi saja, tetapi juga reduksi dari Lactobacilli dan peningkatan jumlah bakteri termasuk bakteri Gardnerella, bacteroides and mobiluncus, anaerobic streptococci, Mycoplasma hominis and Ureaplasma urealyticum. Gardnerella vaginalis secara seksual ditransminasi oleh coccobacillus.
B.     Epidemiologi
Penyakit bakterial vaginosis lebih sering ditemukan pada wanita yang memeriksakan kesehatannya daripada vaginitis jenis lainnya. Frekuensi bergantung pada tingkatan sosial ekonomi penduduk pernah disebutkan bahwa 50 % wanita aktif seksual terkena infeksi G. vaginalis, tetapi hanya sedikit yang menyebabkan gejala sekitar 50 % ditemukan pada pemakai AKDR dan 86 % bersama-sama dengan infeksi Trichomonas.7
Pada wanita hamil, penelitian telah didokumentasikan mempunyai prevalensi yang hampir sama dengan populasi yang tidak hamil, berkisar antara 6%-32%.31 Kira-kira 10-30% dari wanita hamil akan mendapatkan Vaginosis bacterialis selama masa kehamilan mereka.28
Gardnerella vaginalis dapat diisolasi dari 15 % anak wanita prapubertas yang masih perawan, sehingga organisme ini tidak mutlak ditularkan lewat kontak seksual. Meskipun kasus bakterial vaginosis dilaporkan lebih tinggi pada klinik PMS, tetapi peranan penularan secara seksual tidak jelas. 6
Sebuah studi meta analisis meneliti hubungan vaginosis bakterialis dengan resiko persalinan preterm, dan didapatkan peningkatan resiko persalinan preterm ibu hamil sebanyak 60%.34
C.    Patogenesis
ü  Gardnerella vaginalis mengalami hiperpopulasi (simbiosis dengan bakteri anaerob lain) berkurangnya jumlah Lactobacillus yang menghasilkan hidrogen peroksida.
ü  (menjaga keasaman vagina dan meng­ham­bat mikroorganisme anaerob lain untuk tumbuh di vagina.)
ü  be­be­rapa amin diketahui menyebabkan iritasi kulit dan menambah pelepasan sel, menyebabkan rasa terbakar di daerah vagina (ringan) epitel dan menyebabkan duh tubuh ber­bau tidak sedap yang keluar dari vagina.
ü  mengubah asam amino menjadi amin sehingga me­naikkan pH sekret vagina
ü  flora normal vagina dari yang tadinya bersifat asam menjadi bersifat basa.
D.    Sifat biokimia
Penyebab kuman atau bakteri adalah penyebab tersering vaginitis yaitu sekitar 33-52% pasien vaginitis. Gejala infeksi bakteri adalah bau amis dengan keputihan yang homogen (putih). Jika cairan itu keluar dari vagina, timbul rasa gatal. Jika gatal itu digaruk bisa terjadi infeksi sekunder yang memperparah keadaan selain keputihan itu sendiri. Adapun salah satu kuman penyebabnya adalah Gardnerella vaginalis yang menyebabkan peradangan vagina tidak spesifik, biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina membentuk bentuk khas clue cell. Itu menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi senyawa amin yang berbau amis, berwarna keabu-abuan.
E.     Pengobatan
karena gejala awalnya berupa keputihan, sadar atau tidak sering mengabaikan infeksi vagina. terkadang karena tingkat kesadaran yang belum baik atau karena masalah finansial, wanita tersebut belum merasa perlu datang ke dokter, belum mengganggapnya sebagai suatu infeksi yang memerlukan bantuan dokter.Kadang wanita menganggap cukup diatasi cara tradisional dengan menggunakan rebusan daun air sirih untuk membersihkan vagina. Ada pula yang menggunakan semacam alat penyerap air berupa kapur batangan yang dimasukkan ke dalam vagina, dengan harapan agar tak "becek". Padahal itu belum tentu steril, untuk amannya, seharusnya meminta bantuan dokter. Dengan pemeriksaan medis sekaligus dapat diketahui penyebab keputihan tersebut, karena infeksi atau bukan.
Walaupun demikian, untuk mendiagnosa terinfeksi tidaknya vagina memang tidak mudah. Harus diambil cairannya, kemudian dikirim ke laboratorium untuk dibiakkan. Ini bisa memakan waktu sepuluh hari sampai dua minggu. Sementara untuk mengobati infeksi tersebut, dokter akan melihat dari gejalanya, baru diberikan obat atau penanganan lebih lanjut yang tepat. Penanganannya bisa berbeda-beda, tergantung dari jenisnya. Untuk bakterial vaginosis, trichomonas ataupun kandida, hampir sama dengan pemberian obat kelompok metronidazole (obat anti jamur). Obat-obat ini umumnya dipasarkan dengan merek dagang tertentu. Ada obat yang diminum, ada pula yang berupa salep. Jadi, sasarannya pada dua tempat, yaitu penyembuhan dari dalam dengan cara meminum obat dan penyembuhan dari luar dengan cara dioleskan dengan salep. Namun, infeksi vagina akibat Condyloma acuminata harus dilakukan tindakan operasi karena adanya pertumbuhan seperti kembang kol.
F.     Pencegahan
Pencegahannya yaitu dengan tetap menjaga kesehatan vagina dan tidak berganti-ganti pasangan saat melakukan hubungan  seksual.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. ISK merupakan kasus yang sering terjadi dalam dunia kedokteran. Walaupun terdiri dari berbagai cairan,
PMS merupakan penyakit yang penyebaran utamanya melalui kontak seksual.PMS disebabkan oleh bbrp agen sprt virus, bacteri, protozoa dan jamur.Masalh yang timbul pada PMS adalah semakin banyak antimikroba yang resisten.PMS ini penting untuk dideteksi dini krn mengenai pasangan seks, terutama untk pnjaja sek komersial

B.     Saran
      Kami mengaharap dan menghimbau kepada para pembaca apabila ada kesalahan atau kekeliruan baik kata-kata atau penyusunan agar memberikan saran dan kritik yang bisa mengubah penulis kearah yang lebih baik dalam penulisan makalah selanjutnya.
























Daftar Pustaka
1.       Pelczar, 1988, Dasar – Dasar Mikrobiologi, 952-953, UI Press, Jakarta
2.       Lay, Bibiana. W, dan Hastowo Sugoyo 1992. MIKROBIOLOGI. Jakarta : CV Rajawali.
3.       Jawetz, E, J.L.Melnick & E.A.Adelberg.1986.Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan.Buku Kedokteran EGC : Jakarta
4.       Massi,dr Muh Nasrun,ph D.Madjid,dr baedah,sp Mk.2008.Mikrobiologi kedokteran.Fakultas kedokteran universitas hasanuddin : Makassar
5.       Brooks,geo F.Butel,anet S dan Morse,Stephen A.2005.Mikrobiologi kedokteran.Salemba Medika:Jakarta
6.       Johnson,Arthur G.Ziegler,Richard J dan hawley,Louse.2011.Mikrobilogi dan imunologi.Binarupa Aksara : Jakarta
7.       Wheller dan Volk. 1990. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : P.T. Gelora Aksara Pratama







Tidak ada komentar:

Posting Komentar