Laporan
Lengkap
Kimia
Klinik
Disusun
Oleh :
Nurlia
II
B
11
3145 453 061
Program
Studi D III Analis Kesehatan
STIKes
Mega Rezky Makassar
Tahun
Ajaran 2012 / 2013
Kata
Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa kami
telah menyelesaikan Laporan Lengkap mata kuliah Kimia klinik (P).
Dalam penyusunan Laporan ini, tidak sedikit hambatan yang
kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang kami hadapi
teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
- Ibu Hasnawati selaku dosen mata kuliah Kimia Klinik (P) yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
- Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan
yang diharapkan dapat tercapai, Aamiin.
Makassar,08 Juli 2013
Penyusun
Lembar
Pengesahan
Judul percobaan : Pemeriksaan Glukosa Darah
Hari/tgl praktikum : Sabtu, 04 Mei 2013
Praktikan / NIM : Nurlia / 11 3145 453 061
Kelas / Kelompok : II B / I
Rekan Keja : 1. A.Muh.Syarif
2. A.Nurhikmah
3. Esti Ulandari Hakim
Penilaian :
Makassar,
08 Juli 2013
Praktikan Dosen Pembimbing
( Nurlia ) ( Hasnawati )
Pemeriksaan
Glukosa Darah
A. Latar Belakang
estimasi
akurat glukosa penting
dalam diagnosis dan pengelolaan hyperglycernia dan hipoglikemia.
Hiperglikemia dapat terjadi sebagai akibat dari diabetes melitus, pada pasien yang menerima cairan glukosa intravena, selama stres berat atau sebagai akibat dari kecelakaan serebrovaskular. hipoglikemia mungkin hasil dari insulinoma,
pemberian insulin, erros bawaan metabolisme karbohidrat atau puasa. pengukuran kadar
glukosa darah merupakan salah satu prosedur kimia pertama kali digunakan dalam kedokteran laboratorium klinis. Metodologi oksidase glukosa
diperkenalkan oleh keilin dan Hartree pada tahun
1948. Keston kemudian melaporkan
penggunaan kombinasi glukosa oksidase-peroksidase
reagen, diikuti oleh addintion teller prosedur
reagen Keston kromogenik
itu. Metode glukosa
reagen tunggal stanbio
didasarkan pada teknik yang dijelaskan
oleh Trinder dkk.
Gula
darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah.
Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di
dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi
untuk sel-sel tubuh.
Glukosa
diperlukan sebagai sumber energi terutama bagi sistem syaraf dan eritrosit.
Glukose juga dibutuhkan di dalam jaringan adipose sebagai sumber
gliserida-glisero, dan mungkin juga berperan dalam mempertahankan kadar senyawa
antara pada siklus asam sitrat di dalam banyak jaringan tubuh
Glukose sebagian besar diperoleh dari manusia, kemudian dibentuk dari berbagai senyawa glukogenik yang mengalami glukogenesis lalu juga dapat dibentuk dari glikogen hati melalui glikogenolsis. Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil didalam darah merupakan salah satu mekanisme homeostasis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah satu mekanisme di hepar, jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormon. Hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin adalah suatu hormon anabolik, merangsang sintesis komponen makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa.
Glukagon adalah suatu katabolik, membatasi sintesis makromolekuler dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan kosentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan glukagon, demikian sebaliknya.
Glukose sebagian besar diperoleh dari manusia, kemudian dibentuk dari berbagai senyawa glukogenik yang mengalami glukogenesis lalu juga dapat dibentuk dari glikogen hati melalui glikogenolsis. Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil didalam darah merupakan salah satu mekanisme homeostasis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah satu mekanisme di hepar, jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormon. Hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin adalah suatu hormon anabolik, merangsang sintesis komponen makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa.
Glukagon adalah suatu katabolik, membatasi sintesis makromolekuler dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan kosentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan glukagon, demikian sebaliknya.
Diabetes
mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang disebabkan oleh gagalnya
pengaturan gula darah. Meskipun disebut “gula darah”, selain glukosa, kita juga
menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan galaktosa. Namun
demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin dan leptin.
B. Tujuan Praktikum
Untuk
Mengetahui kadar Glukosa yang terdapat dalam darah.
C. Prinsip Kerja
Glukosa
teroksidasi dengan adanya glukosa oksidase (GOD). hidrogen peroksida
yang terbentuk bereaksi, di bawah pengaruh peroksidase (POD), dengan fenol dan
4-aminoantipyrine untuk membentuk
kompleks kuinon re-violet.
intensitas warna sebanding
dengan konsentrasi glukosa.
D. Alat dan Bahan
1.
Alat : Alat yang digunaka yaitu Tabung
reaksi, pipet tetes, Fotometer, Centrifuge, spoit dan kapas alcohol
2.
Bahan :
a. Sample : Darah Vena
b. Reagent : Reagent yang digunakan
yaitu Glukosa Ref. No. 1071, Buffer fosfat, Fenol, 4-Aminoantipyrine, oksidase
Glukosa dan peroksidase.
E. Prosedur Kerja
-
Disiapkan alat dan bahan
-
Diambil darah vena lalu dicentrifuge dan
dipisahkan serumnya
1. prosedur manual (linear sampai 400 mg / dl)
-
dilepaskan
jumlah ragent yang akan digunakan untuk pengujian dan memungkinkan untuk hangat
untuk suhu lingkungan
- Glukosa reagen disediakan siap untuk
digunakan
-
Nol spektrofotometer pada 500 nm dengan air
suling
-
Untuk setiap standar, sampel, dan kontrol, ditambahkan 1,0 mL. reagen untuk
kuvet / uji tabung dan hangat untuk 37 c selama 5 menit
-
Ditambahkan 10 mikron (0,010 ml) masing-masing sampel untuk itu masing-masing
kuvet / tabung reaksi, campuran lembut dan kembali inkubasi pada 37̊ C
- Setelah 5 menit inkubasi, dibaca dan dicatat
absorbansi dari semua sampel
* Jika linearitas diinginkan untuk 500 mg / dl,
peningkatan volume yang reagen 1,5 mL dan lanjutkan menggunakan 10 Mikon sampel
2.
Prosedur manual (linier untuk 650 mg / dl)
-
dilepaskan jumlah reagen yang akan
digunakan untuk pengujian dan memungkinkan untuk hangat untuk suhu lingkungan
-
Glukosa reagen disediakan siap untuk
digunakan
-
Nol spektrofotometer pada 500 nm dengan
air suling
-
untuk setiap standar, sampel dan kontrol,
ditambahkan 1,0 mL reagen untuk kuvet / uji tabung dan hangat untuk 37 C selama
5 menit
-
tambahkan 5 mikron (0,005 ml)
masing-masing sampel untuk itu kuvet / uji tabung masing-masing, campur dengan
lembut dan kembali inkubasi pada 37̊ C
-
Setelah 5 menit inkubasi, dibaca dan
dicatat absorbansi semua sampel
No
|
|
Blank
|
Standar
|
Sampel
|
1
|
Blank
|
1000 µl
|
1000 µl
|
1000 µl
|
2
|
Standar
|
-
|
10 µl
|
-
|
3
|
Sampel
|
-
|
-
|
10 µl
|
F. Hasil Pengamatan
Dik : Absorbansi Sampel ( Au ) : 0,575
Absorbansi Standar ( As ) : 0,586
Blank : 0,226
Dit : Glukosa (
Mg/dl ) = …?
Peny : Glukosa (
Mg/dl ) = Au/As x 100 Mg/dl
= x 100 Mg/dl
= 98 Mg/dl
*Nilai Normal (GDS) :
70 – 105 Mg / dl
G. Pembahasan
Pada
praktikum pemeriksaan Glukosa Metode endpoint dengan menggunakan fotometer
didapatkan hasil akdar Gula darah Nn “E” yaitu 98 Mg/dl. Ini menunjukkan bahwa
kadar Gula darah Nn “E” normal. Dimana kisaran nialai normal untuk GDS yaitu 70
– 105 Mg/dl. Kadar Gula darah Normal ( Normoglycemia ) dikatakan sebagai suatu
kondisi dimana kadar glukosa darah yang ada mempunyai resiko kecil untuk dapat
berkembang menjadi diabetes atau menyebebkan munculnya penyakit jantung dan
pembuluh darah. Dikatakan Hypoglycemia atau kadar gula darah rendah apabila
nilai kurang dari 70 – 105 Mg/dl. Dimana gejala dari hypoglycemia yaitu
perasaan lelah, fungsi mental yang menurun dan rasa mudah tersinggung. Apabila
kadar GDS lebih dari 70 – 105 Mg/dl disebut Hyperglycemia dimana nafsu makan
tertekan untuk waktu yang singkat. Hyperglycemia dala jangka panjang dapat
menyebabkan masalah – masalah kesehatan yang berkepanjangan dan berkaitan
dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal dan syaraf.
IGT
oleh WHO didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang mempunyai resiko tinggi
untuk terjangkit diabetes walaupun ada kasus yang menunjukkan kadar gula darah
dapat kembali ke keadaan normal. Seseorang yang kadar gula darahnya termasuk
dalam kategori IGT juga mempunyai resiko terkena penyakit jantung dan pembuluh
darah yang sering mengiringi penderita diabetes. Kondisi IGT ini menurut para
ahli terjadi karena adanya kerusakan dari produksi hormon insulin dan
terjadinya kekebalan jaringan otot terhadap insulin yang diproduksi.
IFG
sendiri mempunyai kedudukan hampir sama dengan IGT. Bukan entitas penyakit akan
tetapi sebuah kondisi dimana tubuh tidak dapat memproduksi insulin secara
optimal dan terdapatnya gangguan mekanisme penekanan pengeluaran gula dari hati
ke dalam darah.
Menurut Siswono (2002) kadar gula darah normal adalah 80-120 mg/dl (pada kondisi puasa), 100-180 mg/dl (kondisi setelah makan), dan 100-140 mg/dl (pada kondisi istirahat/tidur). Beragamnya kisaran gula darah normal di atas, terutama dipengaruhi oleh usia, genetis, dan perbedaan pola makan. Gula darah/glukosa dalam sistem metabolisme tubuh terutama berfungsi sebagai penyedia energi untuk kinerja fungsi otak, sistem saraf pusat, dan sel-sel tubuh. Meningkatnya jumlah penderita diabetes, terutama berkaitan dengan perubahan pola konsumsi karbohidrat, dari pola konsumsi karbohidrat kompleks (dalam bentuk kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan serealia) dan berlemak rendah menjadi pola konsumsi yang cenderung berkadar (karbohidrat sederhana) dan lemak tinggi, serta rendah serat. Produksi insulin yang tidak cukup mengakibatkan penyakit diabetes mellitus (penyakit kencing manis). Penderita penyakit ini tidak mampu mengatasi kelebihan glukosa dalam darah dengan mengubahnya menjadi glikogen dan lemak. Glikogen dan lemak tubuh diubah menjadi glukosa, yang akan lebih menaikkan kadar gula darah. Disamping itu, Glukagon juga mendorong peningkatan konsentrasi gula darah; karena itu kegiatannya merupakan kebalikan dari insulin. Peningkatan hiperglikemia glukagon terdapat dalam dua hal. Pertama, glukagon mendorong pengeuraian glikogen hati untuk menghasilkan glukosa darah, dengan mekanisme yang sama dengan adrenalin. Permukaan membran plasma sel-sel hati mengandung reseptor spesifik untuk glukagon. Ketika reseptor ini berikatan dengan hprmon tersebut, adenilat siklase di dalam membran plasma diaktifkan dan timbul suatu mekanisme amplikasi yang serupa dengan yang ditimbulkan oleh adrenalin. Kedua, glukagon, tidak seperti adrenalin, mengahambat perombakan glukosa menjadi laktat oleh glikolisis.
Hasil perhitungan kadar glukosa sampel tersebut jika dibandingkan dengan hasil kadar glukosa darah nilai normal (< 200 mg/dl) maka dapat disimpulkan bahwa sampel Iva pada praktikum ini mempunyai kadar glukosa normal sedangkan pada pada Febi didapat hasil yang rendah 87, 63 mg/dl bisa dikatakan mengalami hipoglikemia atau kadar gula darahnya rendah, atau kemungkinan ada kesalahan teknis, pada saat pengambilan reagen; sambungan kuvet tidak rapat (kendor) sehingga ukuran kurang akurat
Menurut Siswono (2002) kadar gula darah normal adalah 80-120 mg/dl (pada kondisi puasa), 100-180 mg/dl (kondisi setelah makan), dan 100-140 mg/dl (pada kondisi istirahat/tidur). Beragamnya kisaran gula darah normal di atas, terutama dipengaruhi oleh usia, genetis, dan perbedaan pola makan. Gula darah/glukosa dalam sistem metabolisme tubuh terutama berfungsi sebagai penyedia energi untuk kinerja fungsi otak, sistem saraf pusat, dan sel-sel tubuh. Meningkatnya jumlah penderita diabetes, terutama berkaitan dengan perubahan pola konsumsi karbohidrat, dari pola konsumsi karbohidrat kompleks (dalam bentuk kacang-kacangan, sayur-sayuran, dan serealia) dan berlemak rendah menjadi pola konsumsi yang cenderung berkadar (karbohidrat sederhana) dan lemak tinggi, serta rendah serat. Produksi insulin yang tidak cukup mengakibatkan penyakit diabetes mellitus (penyakit kencing manis). Penderita penyakit ini tidak mampu mengatasi kelebihan glukosa dalam darah dengan mengubahnya menjadi glikogen dan lemak. Glikogen dan lemak tubuh diubah menjadi glukosa, yang akan lebih menaikkan kadar gula darah. Disamping itu, Glukagon juga mendorong peningkatan konsentrasi gula darah; karena itu kegiatannya merupakan kebalikan dari insulin. Peningkatan hiperglikemia glukagon terdapat dalam dua hal. Pertama, glukagon mendorong pengeuraian glikogen hati untuk menghasilkan glukosa darah, dengan mekanisme yang sama dengan adrenalin. Permukaan membran plasma sel-sel hati mengandung reseptor spesifik untuk glukagon. Ketika reseptor ini berikatan dengan hprmon tersebut, adenilat siklase di dalam membran plasma diaktifkan dan timbul suatu mekanisme amplikasi yang serupa dengan yang ditimbulkan oleh adrenalin. Kedua, glukagon, tidak seperti adrenalin, mengahambat perombakan glukosa menjadi laktat oleh glikolisis.
Hasil perhitungan kadar glukosa sampel tersebut jika dibandingkan dengan hasil kadar glukosa darah nilai normal (< 200 mg/dl) maka dapat disimpulkan bahwa sampel Iva pada praktikum ini mempunyai kadar glukosa normal sedangkan pada pada Febi didapat hasil yang rendah 87, 63 mg/dl bisa dikatakan mengalami hipoglikemia atau kadar gula darahnya rendah, atau kemungkinan ada kesalahan teknis, pada saat pengambilan reagen; sambungan kuvet tidak rapat (kendor) sehingga ukuran kurang akurat
H. Kesimpulan
Berdasarkan
Praktikum diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar Glukosa Darah Nn “E”
berada dalam Kisaran normal yaitu 98 Mg/dl.
Lembar
Pengesahan
Judul percobaan : Pemeriksaan Kolesterol
Hari/tgl praktikum : Sabtu, 01 Juni 2013
Praktikan / NIM : Nurlia / 11 3145 453 061
Kelas / Kelompok : II B / I
Rekan Keja : 1. A.Muh.Syarif
2. A.Nurhikmah
3. Esti Ulandari Hakim
Penilaian :
Makassar, 08 Juli 2013
Praktikan Dosen Pembimbing
( Nurlia ) ( Hasnawati )
Pemeriksaan Kolesterol
A. Latar Belakang
Pendekatan
enzimatik untuk metodologi kolesterol
diperkenalkan pada tahun 1973 oleh
flegg dan richmond, menggunakan oksidase
kolesterol bakteri asli berikut saponifikasi kimia dari ester kolesterol.
roeschlau dimodifikasi teknik ini dan Allain et al. diterbitkan pertama uji
sepenuhnya enzimatik, cimbining oksidase kolesterol dan kolesterol esterase.
Metode yang disajikan didasarkan pada prosedur Allain dan menggunakan enzim ini
dalam kombinasi dengan reagen peroxidase/phenol-4-antypirine dari Trinder.
Kolesterol
merupakan steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dan dijumpai dalam
hampir semua jaringan hewan. Batu kandung empedu dan kuning telur merupakan
sumber yang kaya akan senyawa ini. Kolesterol merupakan zat antara yang
diperlukan dalam biosintesis hormon steroid. Kolesterol dapat disintesis dari
asetil koenzim A. kadar kolesterol yang tinggi dalam darah dikaitkan dengan
arteriesklerosis (pengerasan pembuluh darah) yaitu suatu keadaan dimana kolesterol
dan lipid-lipid lain melapisi dinding dalam pembuluh darah (Fessenden, 2007:
425).
Karena tidak larut dalam darah, maka kolesterol
ditransportasikan dalam sistem sirkulasi lipoprotein. Ada beberapa jenis
lipoprotein di dalam darah dari ukuran besar hingga yang berukuran paling
kecil: chylomicrons, very low density lipoprotein (VLDL), intermediate density
lipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein
(HDL) (Sudarma, 2009: 85).
kolesterol berfungsi membentuk dinding sel (membran sel)
dalam tubuh. Selain itu ia juga berperan penting dalam produksi hormon seks,
vitamin D, serta untuk fungsi otak dan saraf. Manusia rata-rata membutuhkan
1.100 miligram kolesterol per hari untuk memelihara dinding sel dan fungsi
fisiologis lain. Kolesterol yang terdapat dalam tubuh manusia berasal dari dua
sumber utama yaitu dari makanan yang dikonsumsi dan dari pembentukan oleh hati.
Kolesterol yang berasal dari makanan terutama terdapat pada daging, unggas,
ikan, dan produk olahan susu. Jeroan daging seperti hati sangat tinggi
kandungan kolesterolnya, sedangkan makanan yang berasal dari tumbuhan justru
tidak mengandung kolesterol sama sekali (Akang, 2009).
Sedikitnya lebih dari separuh jumlah kolesterol dalam tubuh
berasal dari sintesis (sekitar 700 mg/hari), dan sisanya berasal dari makanan
sehari-hari. Pada manusia, hati menghasilkan kurang lebih 10% dari total
sintesis, sementara usus sekitar 10% lainnya. Pada hakekatnya semua jaringan
yang mengandung sel-sel berinti mampu mensintesis kolesterol. Fraksi mikrosomal
(reticulum endoplasma) dan sitosol sel terutama bertanggung jawab atas sintesis
kolesterol. Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi 5 tahap yaitu, (1)
Mevalonat yang merupakan senyawa enam karbon disintesis dari asetil KoA, (2)
Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat dengan menghilangkan CO2,
(3) Enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk intermediet,
skualen, (4) Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid
induk, yaitu lanosterol, (5) Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah
melewati beberapa tahap lebih lanjut, termasuk menghilangnya tiga gugus metil
(Murai, dkk, 2003)
B. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui kadar kolesterol dalam darah
C. Prinsip Kerja
kolesterol
esterase (CE) menghidrolisis ester kolesterol dan asam lemak bebas. kolesterol
gratis sehingga dihasilkan ditambah kolesterol preformed kemudian teroksidasi
dengan adanya oksidase kolesterol (Cox) ke cholest-4-en-3-satu dan hidrogen
peroksida. Sebuah quinoneimine chromogen, dengan penyerapan maxima pada 500 nm
yang dihasilkan ketika fenol oksidatif ditambah dengan 4-aminophenazone dengan
adanya peroksidase (POD) dengan hidrogen peroksida. Intensitas warna merah
akhir sebanding dengan konsentrasi kolesterol total. Lipid kliring Factor
(LCF): campuran aditif khusus yang dikembangkan oleh stanbio diintegrasikan ke
dalam reagen kolesterol untuk membantu meminimalkan gangguan akibat lipemia.
D. Alat dan Bahan
1.
Alat : Alat yang digunaka yaitu Tabung
reaksi, pipet tetes, Fotometer, Centrifuge, spoit dan kapas alcohol
2.
Bahan :
a.
Sample : Darah Vena
b.
Reagent :
·
Reagent dengan komposisi bahan 4-aminophenazone 0,25 mmol / L,
Fenol 25,0 mmol / L, peroksidase> 5,0 U / mL, Kolesterol esterase> 0,15 U
/ mL, oksidase kolesterol> 0,1 U / mL, buffer dan stabilisator.
·
Standar
dengan komposisi bahan larutan buffer kolesterol dengan stabilizer, surfaktan
dan pengawet.
E. Prosedur Kerja
1.
Disiapkan alat dan bahan
2.
Diambil darah vena lalu dicentrifuge dan
dipisahkan serumnya
3. Dipipet
ke cuvets volume berikut (mL) dan aduk:
No
|
|
Reagent Blank (RB )
|
Standar
|
Sampel
|
1
|
Blank
|
1000 µl
|
1000 µl
|
1000 µl
|
2
|
Standar
|
-
|
10 µl
|
-
|
3
|
Sampel
|
-
|
-
|
10
µl
|
4. Diinkubasi
semua cuvets pada suhu 37̊ C selama 5 menit atau suhu ruang selama 10 menit.
5.
Dibaca absorban
sampel, standard an Blanko pada Fotometer pada Panjang Gelombang 500 nm dalam waktu 60 menit.
F. Hasil Pengamatan
Dik : Absorbansi Sampel ( Au ) : 0,259
Absorbansi Standar ( As ) : 0,353
Blank : 0,376
Dit : Total
Kolesterol ( Mg/dl ) = …?
Peny : Total
Kolesterol ( Mg/dl ) = Au/As
x 200 Mg/dl
= x 200 Mg/dl
= 147
Mg/dl
*Nilai Normal
Kolesterol total
|
Mg/dl
|
Baru lahir
|
53 – 135
|
Bayi
|
70 – 175
|
Anak
|
120 – 210
|
Remaja
|
140 – 310
|
Diinginkan Untuk
dewasa
|
140 – 200
|
G. Pembahasan
Pada praktikum pemeriksaan total kolesterol dengan
menggunakan fotometer, didapatkan hasil total kolesterol Nn “N” yaitu 147
Mg/dl. Nilai ini menunjukkan bahwa total kolesterol Nn “N” berada dalam kisaran
normal. Dimana nilai normal untuk orang dewasa yaitu 140 – 200 Mg/dl.
Fungsi kolesterol dalam tubuh adalah untuk sintesis membrane
sel precursor hormone steroid dan asam empedu. Obat yang dapat merangsang
emnpedu, dapat menurunkan kadar kolesterol darah.
Faktor yang
bersifat hiperkolesterolgenik adalah faktor yang tidak dapat dikendalikan,
misalnya umur dan genetik. Faktor yang dapat dikendalikan adalah rokok,
olahraga, makanan yang banyak mengandung lemak, minyak jenuh, stress, kopi,
diet, kurang sehat, dan lain – lain [1].
Kolesterol tidak
hanya merupakan komponen penting membran sel untuk
menjaga fungsi sel normal, tetapi juga prekursor untuk
semua hormon steroid, asam
empedu , dan oxysterols, regulator yang penting
dalam jalur metabolik yang beragam. Kolesterol tinggi
intraseluler merupakan racun bagi sel-sel, dan
kolesterol serum yang tinggi dibangun
di dinding arteri akan memimpin untuk
pembentukan plak, salah satu langkah awal dalam aterosklerosis pembangunan. PPARs mungkin memainkan peran dalam pengembangan aterosklerosis
oleh modulasi metabolisme kolesterol serta seperti mengurangi peradangan
pada hati dan pembuluh darah.
Para ezetimibe obat, yang
menghambat penyerapan kolesterol dari usus dengan
menargetkan NPC (Niemann-Pick tipe C) protein
NPC1L1 (NPC1-seperti protein 1), ditemukan untuk
menghambat NBD-serapan kolesterol pada hewan. Hal
ini disarankan disebabkan gangguan dari
kompleks Annexin-2-caveolin-1. Jadi, sedangkan pada
manusia sebagian besar kolesterol plasma ditemukan dalam
fraksi LDL, pada ikan sebagian besar dari
kolesterol yang bersirkulasi dalam fraksi HDL. Para
profil lipoprotein, bagaimanapun, dimodulasi oleh pola makan,
pada zebrafish, makan pada diet tinggi
kolestero l menghasilkan peningkatan dalam plasma VLDL (very-low-density
lipoprotein) dan jumlah LDL.
Kolesterol mungkin
merupakan steroid yang paling banyak dikenal karena keterkaitannya dengan
aterosklerosis dan penyakit jantung. Namun, secara biokimiawi senyawa ini juga
penting karena merupakan prekursor bagi sejumlah besar steroid yang sama
pentingnya serta mencakup asam nempedu, hormon adrenokorteks, hormon seks,
vitamin D, glikosa jantung, sitosterol tumbuhan, dan beberapa alkaloid.
Kolesterol yang
merupakan alkohol steroid yang unik di dalam jaringan hewan, menjalankan
sejumlah fungsi yang penting di tubuh. Misalnya, kolesterol merupakan bagian
struktural semua membran sel, mengatur alirannya, dan di jaringan tertentu
merupakan prekursor asam empedu. Karena itu, terjaminnya suplai kolesterol yang
terus menerus akan sangat penting bagi sel tubuh.
Hati berperan
sentral dalam pengaturan hemostasis kolesterol di dalam tubuh.misalnya,
kolesterol akan masuk ke dalam simpanan kolesterol di dalam hati, yang berasal
dari sejumlah besar sumber, seperti makanan yang mengandung kolesterol, dan
juga kolesterol yang disintesis secara de novo oleh jaringan
ekstrahepatik serta oleh hati sendiri.kolesterol dieliminasi dari hati sebagai
kolesterol yang tidak termodifikasi di dalam empedu, atau dapat diubah menjadi
garam empedu yang disekserikan kedalam lumen usus. Kolesterol juga dapat
berperan sebagai lipoprotein plasma yang dikirim ke jaringan perifer.
Pada manusia,
keseimbangan antara masukan kolesterol dan pengeluarannay tidak selalu tepat,
yang menyebabkan penimbunan kolesterol secara bertahapdi jaringan, terutam pada
endotel yang melapisi pembuluh darah. Keadaan tersebut dapat mengancam nyawa
jika penimbunan lemak menyebabkan pembentukan plak, sehingga mempersempit
pembuluh darah (aterosklerosis) dan meningkatkan risikko penyakit arteri korone
H. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kadar kolesterol Nn “N” berada dalam kisaran normal yaitu 147 Mg/dl.
Lembar
Pengesahan
Judul percobaan : Pemeriksaan Total protein
Hari/tgl praktikum : Sabtu, 01 Juni 2013
Praktikan / NIM : Nurlia / 11 3145 453 061
Kelas / Kelompok : II B / I
Rekan Keja : 1. A.Muh.Syarif
2. A.Nurhikmah
3. Esti Ulandari Hakim
Penilaian :
Makassar,
08 Juli 2013
Praktikan Dosen Pembimbing
( Nurlia ) ( Hasnawati )
Pemeriksaan
Total Protein
A. Latar Belakang
Protein
adalah makromolekul yang tersusun atas asam – asam amino, dengan kata lain
protein juga merupakan polimer yang tersusun oleh banyak monomer asam – asam
amino.
Protein tersusun dari asam amino yang
berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida.
Protein plasma yang beredar terdiri atas :
1.
Albumin
Fungsinya untuk Menjaga keseimbangan tekanan osmotic. Nilai normal Albumin
yaitu 3,4 – 4,7
2.
Globulin
Fungsinya untuk daya tubuh. Globulin
terdiri dari 3 yaitu :
ü Globulin Alfa
ü Globulin Beta
ü Globulin Gama
B. Tujuan Praktikum
Untuk
Mengetahui kadar protein yang terdapat dalam darah
C. Prinsip Kerja
Sejumlah besar molekul
protein merupakan ikatan peptida. ketika diobati dengan ion tembaga (Cu2 +) dalam larutan alkali,
sebuah kompleks berwarna terbentuk antara tembaga dan karbonil dan imin
kelompok peptida ini. Sebagai reaksi yang sama terjadi dengan biuret. warna violet dikembangkan
adalah proporsional pada jumlah ikatan peptida dalam protein dan hampir independen
dari konsentrasi relatif dari albumin
dan globulin
D. Alat dan bahan
1.
Alat : Alat yang digunaka yaitu Tabung
reaksi, pipet tetes, Fotometer, Centrifuge, spoit dan kapas alcohol
2.
Bahan :
a.
Sample : Darah Vena
b.
Reagent :
·
Reagent dengan komposisi bahan Solusi tembaga sulfat
pentahidrat, 0,3 g / dl pada natrium
hidroksida berair, 0,8 g / dl. juga mengandung kalium iodida dan kalium natrium tartrat
·
Standar
dengan komposisi bahan larutan bovine albumin,
fraksi V, dengan natrium azida sebagai pengawet.
E. Prosedur Kerja
1. Disiapkan
alat dan bahan
2. Diambil
darah vena lalu dicentrifuge dan dipisahkan serumnya
3. Dipipet
ke cuvets lalu diberi label dengan volume berikut (mL) dan diaduk :
No
|
|
Reagent Blank (RB )
|
Standar
|
Sampel
|
1
|
Blank
|
1000 µl
|
1000 µl
|
1000 µl
|
2
|
Standar
|
-
|
10 µl
|
-
|
3
|
Sampel
|
-
|
-
|
10
l
|
4. Dibiarkan
semua tabung untuk berdiri selama setidaknya 5 menit
5. Dibaca
S dan U vs RB pada panjang gelombang 550 nm dalam waktu 1 jam
F. Hasil Pengamatan
Dik : Absorbansi Sampel ( Au ) : 2,954
Absorbansi Standar ( As ) : 4,928
Blank : 2,418
Dit : Total
Protein ( Gr/dl ) = …?
Peny : Total
Protein ( Gr/dl ) = Au/As x 10 Gr/dl
=
x 10 Gr/dl
= 6 Gr/dl
*Nilai Normal : 6,6 –
8,3 Gr/dl
G. Pembahasan
Pada
praktikum pemeriksaan total protein dengan menggunakan fotometer, didapatkan
hasil total protein Nn “N” yaitu 6 Gr/dl. Ini menunjukkan bahwa kadar total
protein Nn “N” tidak berada dalam keadaan normal. Dimana nilai normal yaitu 6,6
– 8,3 Gr/dl. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh factor malnutrisi protein
atau kekurangan intake protein dan kebiasaan pola hidup yang tidak sehat.
Protein
total adalah kadar semua jenis protein yang terdapat dalam serum/plasma, yang
terdiri atas albumin, globulin dan lain fraksi (protein yang kadarnya sangat
rendah). Pemeriksaan protein total berguna untuk memonitor perubahan kadar
protein yang disebabkan oleh berbagai macam penyakit. Biasanya diperiksa secara
bersama-sama dengan pemeriksaan lain. Misalnya kadar albumin, faal hati, atau
pemeriksaan elektroforesis protein. Rasio albumin/globulin diperoleh dengan
perhitungan dan dapat memberikan keterangan tambahan.
Adapun
kekurangan protein dapat menyebabkan banyak masalah seperti kehilangan berat
badan, kelemahan, penyusutan jaringan otot dan edema. Sindrom lain termasuk
luar biasa tekanan darah rendah, denyut jantung sangat rendah, anemia dan
pigmentasi pada kulit. Tingkat metabolisme juga cenderung menurun. Hal ini juga
diyakini menyebabkan infiltrasi lemak dan sirosis hati.
Protein bisa didapat dari produk hewani dan nabati. Protein hewani, terutama telur menyumbang asam amino esensial yang tidak bisa dibuat tubuh dan tidak terdapat dalam produk nabati.
Protein bisa didapat dari produk hewani dan nabati. Protein hewani, terutama telur menyumbang asam amino esensial yang tidak bisa dibuat tubuh dan tidak terdapat dalam produk nabati.
H. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar protein total Nn
“N” kurang dari normal yakni 6 Gr/dl.
Lembar
Pengesahan
Judul percobaan : Pemeriksaan Asam Urat
Hari/tgl praktikum : Sabtu, 15 Juni 2013
Praktikan / NIM : Nurlia / 11 3145 453 061
Kelas / Kelompok : II B / I
Rekan Keja : 1. A.Muh.Syarif
2. A.Nurhikmah
3. Esti Ulandari Hakim
Penilaian :
Makassar,
08 Juli 2013
Praktikan Dosen Pembimbing
( Nurlia ) ( Hasnawati )
Pemeriksaan
Asam Urat
A. Latar Belakang
Asam urat adalah produk akhir dari
metabolisme endogenous (60%) dan eksogen protein dan nukleotida purin. Asam
urat terdiri dari komponen utama dari 10-20% dari ginjal batu. Asam urat adalah
senyawa utama dari 17% dari batu dianalisis
di Australia Selatan, meningkat frekuensi
dalam cuaca panas. Tujuh puluh sembilan persen dari batu asam urat
terjadi pada pria, dengan frekuensi puncak antara 60 dan 65 tahun pada kedua
jenis kelamin.
Asam urat telah
terlibat dalam pengembangan tingkat hipertensi dan peningkatan urat asam telah
dilaporkan khususnya di yang baru didiagnosis
hipertensi. Hyperuricemia juga berhubungan erat dengan berbagai komponen sindrom metabolic.
Dan merupakan kemungkinan adanya hubungan antara asam urat tingkat dan morbiditas dan mortalitas
kardiovaskular3.
Asam urat dan oxypurines lainnya adalah produk akhir dari metabolisme purin dalam
tubuh manusia. Tingkat abnormal asam urat menyebabkan gejala dari beberapa penyakit, salah satunya hiperurisemia. Namun, asam urat dan asam askorbat hadir dalam cairan biologis seperti
darah dan urin. Di sisi lain, senyawa ini bisa teroksidasi pada potensi yang sangat mirip, yang menghasilkan tingkat selektivitas yang kurang
B. Tujuan Praktikum
Untuk
mengetahui kadar Asam Urat dalam darah
C. Prinsip kerja
uricase
bertindak atas asam urat membentuk hidrogen peroksida dan allantoin. H2O2
diukur secara kuantitatif dengan reaksinya dengan asam 3,5-dikloro-2-hydroxybenzenesulfonic
(DCHB), di hadapan peroksidase dan 4-aminophenazone, untuk membentuk kompleks
violet quinoneimine merah. lipid kliring Faktor (LCF) campuran aditif khusus
yang dikembangkan oleh stanbio diintegrasikan ke dalam reagen asam urat untuk
membantu meminimalkan gangguan akibat lipemia.
D. Alat dan Bahan
1.
Alat : Alat yang digunaka yaitu Tabung
reaksi, pipet tetes, Fotometer, Centrifuge, spoit dan kapas alcohol
2.
Bahan :
a.
Sample : Darah Vena
b.
Reagent :
·
Reagent Asam Urat dengan komposisi
bahan enzimatik reagen asam urat (cair)
ref. No 1046, dapar fosfat ph 7,0 50 mmol / L,
3,5-dikloro-2-hydroybenzenesulfonic asam 4 mol / L, 4-aminophenazone 0,3 mmol,
peroksidase> 1000 U / L, Uricase> 20 u / l , stabilisator dan aktivator
dalam larutan buffer
·
Larutan
standar Asam Urat
E.
Prosedur Kerja
1. Disiapkan
alat dan bahan
2. Diambil
darah vena lalu dicentrifuge dan dipisahkan serumnya
3. Dipipet
ke cuvets lalu diberi label dengan volume berikut (mL) dan aduk :
No
|
|
Reagent Blank (RB )
|
Standar
|
Sampel
|
|
1
|
Blank
|
1000 µl
|
1000 µl
|
1000 µl
|
|
2
|
Standar
|
-
|
20 µl
|
-
|
|
3
|
Sampel
|
-
|
-
|
20 µl
|
|
*catatan
: Untuk instrumen yang membutuhkan volume lebih besar dari 1,0 ml. menggunakan
2,0 ml reagen dan standar ml 0,05 dan sampel
4. Diinkubasi
semua cuvets pada suhu 37̊ C selama 5 menit dan dibiarkan dingin, atau
diinkubasi pada suhu kamar selama 15 menit
5. Dibaca S dan U vs RB pada fotometer dengan panjang gelombang 520
nm dalam waktu 15 menit
F. Hasil Pengamatan
Dik : Absorbansi Sampel ( Au ) : 2,767
Absorbansi Standar ( As ) : 3,223
Blank : 3,382
Dit : Asam Urat
( Mg/dl ) = …?
Peny : Asam Urat
( Mg/dl ) = Au/As x 8 Mg/dl
= x 8 Mg/dl
= 7 Mg/dl
*Nilai Normal : Laki – laki = 3,4 – 7,0 Mg/dl
Perempuan = 2,4 – 5,7 Mg/dl
Urine = 0,5 – 1,0
Gr/hari
G. Pembahasan
Pada
praktikum pemeriksaan Asam Urat dengan menggunakan fotometer, didapatkan hasil
Asam Urat Nn “ANH” yaitu 7,0 Mg/dl. Ini menunjukkan bahwa kadar Asam Urat Nn “ANH”
tidak berada dalam keadaan normal. Dimana nilai normal asam urat untuk
perempuan yaitu 2,4 – 5,7 Mg/dl. Penyebab seseorang dapat terkena
asam urat karena makanan yang dikonsumsi banyak mengandung purin. Perbedaan
jenis kelamin juga mempengaruhi seseorang menderita asam urat disebabkan karena perempuan mempunyai hormon
estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine. sementara pada
pria, asam uratnya cenderung lebih tinggi dari pada perempuan karena tidak
memiliki hormon estrogen tersebut.
Asam urat adalah produk akhir dari
metabolisme purin pada manusia. Karena kelarutan asam urat kurang, maka tingkat
ditoleransi maksimal di bawah kondisi normal, dan terjadi perubahan sederhana
dalam produksi, kelarutan atau ekskresi asam urat dapat menghasilkan serum yang
tinggi konsentrasi. Asam urat diekskresikan terutama oleh sekresi tubular
ginjal. Renal tubular sekresi urat adalah fungsi langsung untuk menyediakan
mekanisme homeostatik yang cenderung meminimalkan respon hiperurisemia
peningkatan sintesis asam urat. Hiperurikemia dapat dihasilkan dari peningkatan
produksi asam urat, penurunan ekskresi ginjal, atau keduanya
Beberapa studi
epidemiologi telah melaporkan bahwa tinggi kadar serum
asam urat yang sangat terkait dengan kondisi kesehatan seperti obesitas, insulin resistensi
sindrom, metabolik, diabetes, hipertensi, dan penyakit ginjal. Tingkat asam
urat serum rata-rata lebih rendah pada kelompok kontrol (3.84mg/dl),
meningkat pada pra-diabetes (4.88mg/dl) dan lagi menurun pada penderita diabetes (3.78mg/dl)
H. Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar asam urat Nn “ANH” tidak
berada dalam nilai normal yaitu 7,0 mg/dl.
Lembar
Pengesahan
Judul percobaan : Pemeriksaan Albumin
Hari/tgl praktikum : Sabtu, 15 Juni 2013
Praktikan / NIM : Nurlia / 11 3145 453 061
Kelas / Kelompok : II B / I
Rekan Keja : 1. A.Muh.Syarif
2. A.Nurhikmah
3. Esti Ulandari Hakim
Penilaian :
Makassar,
08 Juli 2013
Praktikan Dosen Pembimbing
( Nurlia ) ( Hasnawati )
Pemeriksaan Albumin
A. Latar Belakang
pada tahun 1964 Bromocresol hijau
(BCG) dilaporkan sebagai berguna
dalam penentuan kuantitatif albumin serum oleh Bartolomeus
dan delaney dan dengan rodkey. teknik ini mengikat
pewarna lagi diterbitkan
setahun kemudian oleh rodkey yang diuraikan
di sebuah BCG terbalik prosedur kolorimetri
spesifik untuk albumin di PH 7.05 dan 615 nm. pada saat yang sama watson melaporkan BCG menjadi
lebih sensitif untuk albumin dibandingkan entah metil
oranye atau Haba (2
- (4-hydroxyazobenzene)-benzoic
acid), dua senyawa ini juga digunakan dalam kuantisasi albumin serum dengan pewarna
mengikat.
ada menyusul laporan oleh
dow dan pinto
dan dengan Miyada dkk BCG metode linearitas sampai 5 g
/ dl. gangguan
minimal oleh lipid,
hemoglobin dan bilirubin, bukti lebih lanjut dari spesifisitas tinggi dan sensitivitas serta korelasi yang sangat baik untuk nilai albumin antara
teknik BCG dan elektroforesis.
Serum kadar albumin biasanya digunakan
dalam menilai status gizi, dengan kurang dari 3,5 g/dl konsentrasi serum
albumin dianggap sebagai “hipoalbuminemia”. Kadar serum albumin yang rendah
terkait dengan rendahnya status kesehatan. Penurunan kadar serum albumin dari
kisaran normal dikaitkan dengan penurunan massa otot, dan kekuatan otot,
mengakibatkan gangguan kesehatan. Beberapa studi menyebutkan penurunan kadar
albumin dan usia adalah efek yang berkaitan dengan beberapa penyakit kronis2.
Untuk menilai
fungsi ginjal pada pasien hipertensi dengan mengukur kreatinin serum, serum
albumin, dan protein urin menunjukkan bahwa serum kreatinin dan serum albumin
dalam pasien hipertensi menunjukkan peningkatan yang sifnifikan atas control
rata-rata SD (141,3 + 39, 52,4 +18) dan (50,6 + 7,7, 37,0 + 5,7). Protein urea
ditemukan pada pasien hipertensi. Individu hipertensi mungkin beresiko lebih
besar terkena penyakit ginjal. Jadi pengurangan darah dianjurakan.
B. Tujuan Praktikum
Untuk Mengetahui
kadar albumin dalam darah
C. Prinsip Kerja
metode yang disajikan pada dasarnya adalah bahwa dari dumas,
watson biggs dimodifikasi
dengan menggunakan sitrat bukan penyangga suksinat,
konsentrasi penyangga yang lebih rendah dan membaca dari warna akhir pada
550 bukan 630 nm.
D. Alat dan Bahan
1.
Alat : Alat yang digunaka yaitu Tabung
reaksi, pipet tetes, Fotometer, Centrifuge, spoit dan kapas alcohol
2.
Bahan :
a.
Sample : Darah Vena
b.
Reagent :
·
Reagent Albumin dengan komposisi bahan Bromocresol hijau, 18,8
mg / dl pada
sitrat penyangga ph
4.2 + - 0,05 pada 25 C. juga mengandung surfaktan
·
Larutan
standar albumin dengan komposisi bahan solusi aqueos dari sapi
fraksi V albumin,
setara dengan nilai yang tertera pada label. Natrium azida ditambahkan sebagai pengawet.
E. Prosedur Kerja
1. Disiapkan
alat dan bahan
2. Diambil
darah vena lalu dicentrifuge dan dipisahkan serumnya
3. Dipipet
ke cuvets lalu diberi label dengan volume berikut (mL) dan aduk:
No
|
|
Reagent Blank (RB )
|
Standar
|
Sampel
|
|
1
|
Blank
|
1000 µl
|
1000 µl
|
1000 µl
|
|
2
|
Standar
|
-
|
10 µl
|
-
|
|
3
|
Sampel
|
-
|
-
|
10 µl
|
|
*catatan
: semua volume dapat ditingkatkan x2 apabila instrumen tersebut memerlukan volume lebih dari 1,0 ml.
4. Dicampurkan isi setiap Cuvet. warna segera berkembang.
5. Dibaca baca S dan U vs
RB pada Fotometer
dengan panjang gelombang 550 nm dalam waktu 15 menit.
F. Hasil Pengamatan
Dik : Absorbansi Sampel ( Au ) : 2,304
Absorbansi Standar ( As ) : 0,572
Blank : 0,334
Dit : Albumin (
Gr/dl ) = …?
Peny : Albumin (
Gr/dl ) = Au/As
x 6,0 Gr/dl
= x 6,0 Gr/dl
= 24 Gr/dl
*Nilai Normal : 3,8 –
5,1 Gr/dl
G. Pembahasan
Pada praktikum
pemeriksaan Albumin dengan menggunakan fotometer, didapatkan hasil Albumin Nn
“ANH” yaitu 24 Gr/dl. Ini menunjukkan bahwa kadar Albumin Nn “ANH” tidak berada
dalam keadaan normal. Dimana nilai normal Albumin yaitu 3,8 – 5,1
Gr/dl.tingginya nilai Albumin ini dapat disebabkan karena penyakit lain dan
inflamasi akut maupun kronis.
Albumin
merupakan protein yang paling berlimpah dalam plasma darah hingga mencapai
sekitar 60% dari total plasma protein. Fungsi utama dari serum albumin adalah
sebagi pemeliharaan tekanan osmotik koloid, transportasi ligan dan konstitusi
asam amino.
Serum kadar albumin biasanya digunakan dalam menilai status gizi, dengan
kurang dari 3,5 g/dl konsentrasi serum albumin dianggap sebagai
“hipoalbuminemia”. Kadar serum albumin yang rendah terkait dengan rendahnya
status kesehatan. Penurunan kadar serum albumin dari kisaran normal dikaitkan
dengan penurunan massa otot, dan kekuatan otot, mengakibatkan gangguan kesehatan.
Beberapa studi menyebutkan penurunan kadar albumin dan pertanbahan usia adalah
efek yang berkaitan dengan beberapa penyakit kronis.
Penilaian kadar serum albumin juga
dapat digunakan untuk mengukur resiko terjadinya penyakit gagal ginjal kronik (CKD),
dimana anak-anak dengan
penyakit ginjal kronis (CKD) beresiko kekurangan gizi energi protein. Ada
pedoman praktek klinis menyadari hal ini dan merekomendasikan metode khusus
untuk menilai status gizi pada pasien dengan CKD, seperti penilaian diet, serum
albumin, didukung dengan penilaian komposisi
tubuh (antropometri).
H. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kadar Albumin Nn “ANH”
tidak berada dalam kisaran normal yaitu 24 Gr/dl.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar