Makalah Bakteriologi
Bakteri penyebab ISPA
Di susun oleh :
Kelompok I
Al Gazali
Nurlia
Ratnawati
Juarni
Fifi Safitri
Deltiva Sawo
Program Studi DIII
Analis Kesehatan
Stikes Mega Rezky
Makassar
Tahun Ajaran
2011/2012
KATA PENGANTAR
Bismillahi Rahmani
Rahim
Assalamu alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah
dengan judul “Bakteri penyebab ISPA “ dapat di selesaikan tepat waktu.
Pada penulisan makalah ini,penulis telah berusaha semaksimal mungkin
namun mengingat kodrat manusia sebagai manusia biasa tidak menutup kemungkinan
adanya kekurangan-kekurangan yang membutuhkan koreksi dan penyempurnaan dari
berbagai piha.Selanjutnya pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1.
Istiqamah S.ST
selaku dosen pembimbing mata kuliah Instrument III
2.
Semua pihak yang
telah memberikan sumbangsihnya.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Saran
dn kritik sangat kami harapkan demi perbaikan dalam pembuatan makalah,baik yang
sekarang maupun yang akan datang.
PENYUSUN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
B.
Tujuan penulisan
makalah
BAB II :
ISI
1. Haemophilus
influenza
A.
Morfologi dan
klasifikasi
B.
Epidemiologi
C.
Patogenesis
D.
Sifat biokimia
E.
Pencegahan
F.
Pengobatan
2.
Mycoplasma pneumonia
A.
Morfologi dan
klasifikasi
B.
Epidemiologi
C.
Patogenesis
D.
Sifat biokimia
E.
Pencegahan
F.
Pengobatan
3.
Bordetella pertussis
A.
Morfologi dan
klasifikasi
B.
Epidemiologi
C.
Patogenesis
D.
Sifat biokimia
E.
Pencegahan
F.
Pengobatan
4.
Legionella pneumophilla
A.
Morfologi dan
klasifikasi
B.
Epidemiologi
C.
Patogenesis
D.
Sifat biokimia
E.
Pencegahan
F.
Pengobatan
BAB
III : PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Infeksi saluran nafas bisa terjadi pada saluran nafas bagian
atas, misalnya : epiglottitis, laryngitis, laringo-epiglottitis, trakheaitis,
dan pada saluran nafas bagian bawah, misalnya bronchitis, bronchopneumonia,
pneumonia, pneumonitis, yang penyebabnya oleh bakteri virus maupun
fungi. Bakteri yang banyak menjadi penyebab infeksi saluran nafas,
termasuk basil-basil negative-gram Klebsiella pneumoniae, Escherechia coli,
pseudomonas spp, proteus spp, Haemophilus influenza, bordetella pertussies,
kokkus piogenik, yaitu staphylococcus aureus, neisseria meningitides.
Disamping itu juga corynebscterium diphtheriae dan salmonella typhosa. Di
Indonesia penyebab yang banyak ditemukan adalah Mycobacterium tuberculosa.
Infeksi saluran nafas juga disebabkan oleh beberapa bakteri
yang masih kurang diisolasi di Indonesia, mungkin karena metode
isolasi/diagnose yang belum sempurna, misalnya Legionella pneumophila,
Mycoplasma Pneumoniae, Chlamydia psittaci, Chlamydia pneumoniae dan rickettsia.
Penularan infeksi saluran nafas bias secara eksogen, melalui
udara, dan bisa secara endogen yaitu secara hemotogen, atau limfogen dari focus infeksi di tempat
lain. Faktor-faktor predesposisi terjadinya infeksi saluran nafas adalah
antara lain :
1. Faktor
usia, dimana anak kecil dan orang tua lebih mudah menderita infeksi saluran
nafas,
2. Gangguan
pertahanan tubuh, misalnya pada orang-orang dengan sistim imun yang tertekan
atau pertahanan tubuh menurun
3. Gangguan
pada sekresi saluran nafas, misalnya pada sekresi sel epitel saluran nafas yang
berlebih, misalnya pada penderita asma bronkhiale, atau adanya hambatan
pengeluaran secret saluran nafas, misalnya bronkhoektasi,
4. Orang-orang
alkoholik dan pemakai obat terlarang.
B
. Tujuan penulisam makalah
1.
Untuk
mengetahui morfologi dan klasifikasi dari bakteri penyebab ISPA
2.
Untuk
mengetahui epidemiologi dari bakteri penyebab ISPA
3.
Untuk
mengetahui pathogenesis dan sifat biokimia dari bakteri penyebab ISPA
4.
Untuk
mengetahui pengobatan dan pencegahan bakteri penyebab ISPA
BAB
II
ISI
1. Haemophilus
influenza
A.
Morfologi,klasifikasi
dan identifikasi
Klasifikasi
Divisi
: Bakteri
Kelas : Schizomicetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Haemophilunaceae
Genus : Haemophilus
Spesies
: Haemophilus influenzae
a. Ciri organisme
H. influenza
berbentuk batang
gram negative dengan ukuran sangat kecil , yaitu panjang 0,5 µm
dan lebar 0,2 sampai 0.3 µm. Bakteri ini bersifat
pleomorfik. Kapsul dijumpai pada bakteri yang berasal dari eksudat dan dari
biakan yang baru berumur 6 jam. H. influenza tidak bergerak dan tidak
membentuk spora.
b. Sifat pertumbuhan
Identifikasi
berbagai organism dari kelompok haemophilus sebagian di dasarkan pada
penunjukan kebutuhan akan factor-faktor penumbuh tertentu yang disebut X dan
V.Faktor X bertindak secara fisiologis sebagai hemin;Faktor V dapat di gantikan
oleh nicotinamide adenine dinucleotide (NAD) atau koenzim lainnya.
c. Variasi
Dalam variasi morfologisnya,H.Influenzae memiliki kecenderungan yang
kentara untuk kehilangan kapsul dan spesifitas jenis yang terkait.koloni-koloni
varian yang tidak berkapsul kehilangan bentuk.
d. Transformasi
Di
bawah kondisi eksperimental yang tepat,DNA yang diambil dari jenis H.influenzae,mampu
mentransfer spesifitas jenisnya kepada sel lain(transformasi).Ketahanan
terhadap ampisilin dan klora,fenikol terkontrol oleh gen-gen pada plasmid yang
dapat dipinahkan.
B. Epidemiologi
dengan namanya, H. influenzae
membutuhkan faktor-faktor pertumbuhan yang terdapat di dalam darah yang
dilepaskan ketika sel darah merah mengalami lisis (haemo=darah,
philos=menyukai). Faktor-faktor tersebut adalah faktor X (hemin), suatu
derivat haemoglobin yang termostabil, dan faktor V
(nicotinamide-adenine-dinucleotide) yang termolabil. Spesies ini memerlukan
salah satu atau kedua faktor pertumbuhan tersebut.
H. influenzae sangat peka terhadap disinfektan
dan kekeringan. Kuman ini tumbuh optimum pada suhu 37°C dan pH 7,4-7,8 dalam
suasana CO2 10%. Kuman ini juga tumbuh subur sebagai satelit
Stafilokokus karena Stafilokokus menghasilkan faktor V.
C. Patogenesis
H.
influenzae menyebabkan sejumlah infeksi pada saluran pernafasan
bagian atas seperti faringitis, otitis media, dan sinusitis yang terutama
penting pada penyakit paru kronik. H. influenzae dapat menyebabkan pembengkakan
saluran pernapasan bagian atas yang hebat yang mengakibatkan obstruksi dan
sering menyebabkan kematian kurang dari 24 jam. Hal ini terjadi karena flu yang
diderita sudah sangat berat sehingga menyebabkan meningitis. Meningitis adalah
peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang
melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai
organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam
darah dan berpindah kedalam cairan otak. Bakteri ini masuk kedalam tubuh
melalui udara yang dihirup, kemudian menetap didalam tubuh. Didalam tubuh
manusia, bakteri ini mengadakan pembelahan dan berkembangbiak dengan jumlah
yang banyak, kemudian masuk ke dalam darah sampai ke otak, apabila bakteri ini
sudah masuk dan menyebar kedalam peredaran darah (bersifat sistemik) dan masuk
ke otak, maka dapat menyebabkan kematian.
D. Sifat
biokimia
Dalam
media agar BHI (Brain Heart Infussion ) di tambah darah,koloni
kecil,bulat dan cembung dengan perubahan warna yang kuat terbentuk dalam 24
jam.Koloni-koloni pada agar coklat membutuhkan 36-48 jam untuk mencapai diameter
1 mm.Iso vitaleX dalam media mempercepat pertumbuhannya.H.influenzae adalan
non-hemolisis.Di sekitar kloloni staophylococcus (atau yang lainnya),koloni H.influenzae
tumbuh lebih besar ( fenomena
satelit,satellite phenomena ).
E. Pengobatan
Angka
kematian akibat meningitis H.influenzae yang tidak di obati bias
mencapai 90%.Sebagian besar H,influenzae tipe b peka terhadap
ampicillin,namun lebih dari 25% menghasilkan beta-lactamase yang di bawa oleh
plasmid yang mudah berpindah dan resisten.Sebagian besar peka terhadap
kloramfenikol,dan pada dasrnya seluruh galur peka terhadap sefalosporin yang
lebih baru.Sefotaksim,pemberian IV sebanyak 150-200mg/kg/hari,bisa memberikan
hasil yang bagus.Diagnosis segera dan terapi antimikrobia yang tepat penting
untuk mengurangi kerusakan neurologis.Komplikasi yang menonjol dari meningitis
karena influenza adalah terjadinya akumulasi cairan subdural yang membutuhkan
tindakan bedah.
F. Pencegahan
Untuk
pencegahannya, dapat digunakan vaksin khas polisakarida kapsuler terhadap bayi dimana
ibunya tidak memiliki Ab terhadap H. influenzae.Disarankan
juga untuk menjaga pola hidup bersih di daerah yang padat penduduk.
2.
Mycoplasma pneumoniae
A. Morfologi dan klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Divisi : Firmicutes
Kelas : Mollicutes
Ordo : Mycoplasmatales
Famili : Mycoplasmataceae
Genus : Mycoplasma
Spesies : Mycoplasma pneumoniae
Mikroorganisme ini mempunyai
struktur yang sangat primitif dan merupakan prokariota yang paling kecil yang
masih dapat melakukan self replication. Bersifat sangat pleomorf karena
spesies ini tidak memiliki dinding sel peptidoglikan, ia memiliki tiga lapis membran
sel yang menggabungkan senyawa sterol, mirip dengan sel-sel eukariotik. Mycoplasma
pneumoniae merupakan
bakteri gram negatif dengan ukuran panjang 1 mm - 2 μm dan lebar 0,1 mm - 0,2
μm, berbentuk bundar agak datar, pinggirnya bening (transculent), bagian tengah
keruh dan granuler. Kuman tumbuh jauh ke dalam agar dan membentuk penampilan fried
egg. Permukaan koloni dapat mengadsorpsi sel darah merah, membentuk zona
hemolisis. Pertumbuhannya sangat lambat antara 5-10 hari atau lebih.
B. Epidemiologi
Infeksi M. Pneumoniae dapat
dijumpai di seluruh dunia dan bersifat endemik. Prevalensi kasus yang paling
banyak dijumpai biasanya pada musim panas sampai ke awal musim gugur yang dapat
berlangsung satu sampai dua tahun. Infeksi menyebar luas dari satu orang ke
orang lain dengan percikan air liur (droplet) sewaktu batuk. Itulah sebabnya
infeksi ini lebih mudah tersebar pada populasi penduduk yang padat.
C. Patogenesis
Mycoplasma
pneumoniae di
tularkan dari satu orang ke orang melalui sekretdari saluran pernafasan yang terinfeksi.Infeksi di inisiasi
oleh menempelnya tip dari organism pada reseptor yang ada di permukaan sel
epithelial dari saluran pernapasan.penempelan di hubungkan oleh protein
adhesion yang spesifik yang terdapat pada organism yang memiliki struktur
terminal yang berbeda-beda.Selama proses infeksi,organism tetap timggal dalam
kondisi ekstraseluler.
D. Sifat biokimia
Banyak
strain dari mycoplasma tumbuh pada kaldu hati yang berfungsi dengan peptone
yang bersifat asam dengan 2% agar (pH 7,8) yang ditambahkan dengan sekitar 30%
cairan manusia ataupun serum dari hewan (kuda atau kelinci).Inkubasi pada suhu
27ͦ C selama 48-96 jam mungkin tidak terjadi kekeruhan,namun pewarnaan giemsa
dari sedimen yang disentrifugasi memperlihatkan karakteristik struktur
pleomorfik dan subkultur pada media padat menghasilkan koloni-koloni yang hanya
berumur sesaat.
Setelah
2-6 hari dalam media bifasik (Broth Over Agar),dan medi agar yang
diinkubasi pada cawan petri yang telah disegel untuk mencegah evaporasi,dapat
terdeteksi koloni-koloni yang diisolasi yang berukuran 20-500 µm dengan menggunakan
kaca pembesar.Koloni-koloni tersebut berbentuk bulat dengan permukaan bergranul
dengan pusatnya yang gelap yang biasanya terkubur didalam agar.Mereka dapat
di-subkultur dengan cara memotong sekotak kecil agar yang mengandung satu atu
lebih koloni-koloni dan memindahkannya dengan ke cawan yang cepat yang baru atu
menjatuhkannya kedalam media cair.Organisme dapat diberi pewarnaan dalam rangka
studi mikroskopik dengan cara menempatkan potongan kotak yang sama pada slide
dan menutupinya dengan gelas penutup,dimana sebelumnya koloni-koloni tersebut
telah diberi larutan beralkohol dan preparat dapat juga diberi pewarnaan dengan
menggunakan antibodi flourescent spesifik.
E. Pengobatan
Ø Antibiotika
M. Pneumoniae secara invitro memperlihatkan
sensitivitas terhadap Eritromisin dan Tetrasiklin sebagai obat pilihan untuk
infeksi M. Pneumoniae. Pada anak dengan usia kurang dari 10 tahun, obat
pilihan adalah Eritromisin, sedangkan Tetrasiklin tidak dianjurkan karena
memiliki efek samping pada anak. Rincian dosisnya adalah sebagai berikut :
ü
Dewasa
dengan berat badan ≥ 26 kg :
ü
Tetrasiklin
1000 mg/hari dibagi 4 dosis
ü
Erotromisin
1500 mg/hari dibagi 4 dosis
ü
Anak-anak
dengan berat badan ≤ 25 kg :
ü
Tetrasiklin
25 mg/kg BB/hari dalam 4 dosis
ü
Eritromisin
30-50 mg/kg BB/hari
ü Diberi selama 2-3 minggu
Pemberian obat di atas dalam
jangka waktu pendek menunjukkan hasil yang baik, tapi mikroorganisme ini bisa
tidak segera hilang dari sputum atau hapusan tenggorokan, sehingga dapat
mempengaruhi fungsi paru di kemudian hari. Obat baru yang sekarang ini banyak
dipakai adalah Roxytromycin, yang ternyata cukup efektif terhadap M. Pneumoniae
dengan sedikit efek samping. Dosis yang diberikan 5-10 mg/kg BB/hari dibagi
dalam 2 dosis secara oral, diberikan selama 7-14 hari.
Ø Simtomatik, yaitu :
ü Istirahat
ü Analgetik atau Antipiretik
ü Antitussive
ü Asupan cairan
F. Pencegahan
Tidak ada cara spesifik untuk
mencegah pertumbuhan penyakit ini. Cara yang dapat ditempuh hanya berupa
menjaga kebersihan diri, terutama kebiasaan mencuci tangan, serta menghindari
kontak langsung dengan pasien yang terinfeksi.
3.
Bordetella pertussis
A. Morfologi dan klasifikasi
Klasifikasi
Kingdom :
Eubacterium
Filum :
Coccobacillus
Kelas
: Bacillus
Ordo
: Coccobacillus
Famili
: Alcaligenaceae
Genus :
Bordetella
Spesies :
Bordetella pertussis
Boredetella
pertussis
berbentuk coccobacillus kecil-kecil, terdapat sendiri-sendiri, berpasangan,
atau membentuk kelompok-kelompok kecil. Pada isolasi primer, bentuk kuman
biasanya uniform, tetapi setelah subkultur dapat bersifat pleomorfik.Bentuk
koloni pada biakan agar yaitu smooth, cembung, mengkilap, dan tembus cahaya.
Bentuk-bentuk filament dan batang-batang tebal umum dijumpai. Simpai dibentuk
tapi hanya dapat dilihat dengan pewarnaan khusus, dan tidak dengan penggabungan
simpai. Kuman ini hidup aerob, tidak membentuk H2S, indol serta
asetilmetilkarbinol. Bakteri ini merupakan gram negative dan dengan pewarnaan
toluidin biru dapat terlihat granula bipolar metakromatik.
B. Epidemiologi
Penyakit pertusis tersebar di
seluruh dunia dan mudah sekali menular. Manusia merupakan satu-satunya sumber Bordetella pertussis, dan penyebaran
penyakit ini hampir selalu disebabkan oleh orang-orang dengan infeksi aktif.
Banyak kasus terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun, sebagian besar meninggal
pada usia 1 tahun.
C. Patogenesis
Setelah
menghisap droplet yang terinfeksi, kuman akan berkembang biak di dalam saluran
pernafasan. Gejala sakit hampir selalu timbul dalam 10 hari setelah kontak,
meskipun masa inkubasi bervariasi antara 5-21 hari. Penyakit ini terbagi dalam
3 stadium.
·
Stadium prodromal (kataral)
berlangsung selama 1-2 minggu. Selama stadium ini, penderita hanya menunjukkan
gejala-gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas yang ringan seerti bersin,
keluarnya cairan dari hidung, batuk dan kadang-kadang konjungtivitis.
Pemeriksaan fisik tidak memberikan hasil yang menentukan. Masa ini merupakan
masa perkebmangbiakan kuman di dalam epitel pernafasan.
·
Stadium kedua biasanya berlangsung
selama 1-6 minggu dan ditandai dengan peningkatan batuk paroksismal. Suatu
batuk paroksismal yang khas adalah dimana dalam jangka waktu 15-20 detik
terjadi 5-20 batuk beruntun biasanya diakhiri dengan keluarnya lender/muntah
serta tidak ada kesempatan untuk bernafas diantara batuk-batuk tersebut.
Tarikan nafas setelah batuk biasanya menimbulkan bunyi yang keras.
·
Stadium ketiga berupa stadium
konvalessen. Batuk dapat berlangsung sampai beberapa bulan setelah permulaans
akit. Beratnya penyakit bervariasi.
Sindrom
respiratorik ringan yang disebabkan oleh Bordetella pertussis tidak mungkin
dikenal atas dasar klinik saja. Kurang lebih 20% infeksi pertusis diperkirakan
sebagai penyakit-penyakit atipik dan penderita-penderita ini berbahaya bagi
orang lain. Komplikasi yg dapat mengikuti keadaan ini adalah pneumonia, encephalitis,
hipertensi pada paru, dan infeksi bakterial yg mengikuti.
D. Sifat biokimia
Isolasi
primer B.pertussis memerlukan media kaya.Media Bordet-Gengou (agar
kentang-darah-gliserol) yang mengandung penisilin G,0,5 mg/dl,dapat
digunakan;namun media yang mengandung arang yang sejenis dengan yang digunakan
untuk LegionellA pneumophila lebih baik.Dieramkan pada suhu 35-37°C
selam 3-7 haripada lingkungan yang lembab (misalnay kantong plastic yang
terisolasi ).Batang gram negative yang kecil bias dikenali dengan
pengecatan imunoflouresen.B.Pertussis
tidak dapat bergerak.
Reagent
FA dapat digunakan untuk menguji specimen hapusan nasofaring.Namun,terjadi
positif palsu atau negative palsu:sensitifitasnya sekitar 50%.Uji FA sangat
berguna untuk mendiagnosis B.perstussis B setelah pembiakan di media
padat.
E.
Pengobatan
Pada saat ini, eritromisin
merupakan obat pilihan. Pemberian antibiotika ini akan menyingkirkan
kuman-kuman tersebut dari nasofaring dan karenanya dapat mempersingkat masa
penularan/penyebaran kuman.
Selain eritromisin, tetrasiklin, kloramfenikol dan
ampisilin juga bermanfaat. Cara pencegahan terbaik terhadap pertusis adalah
dengan imunisasi dan dengan mencegah kontak langsung dengan penderita. Proteksi
bayi terhadap pertusis dengan vaksinasi aktif adalah penting karena
komplikasi-komplikasi berat serta morbiditas tertinggi terdapat pada usian ini.
Antibodi yang masuk melalui plasenta
tidak cukup memberikan proteksi. Vaksin yang dipergunakan biasanya merupakan
kombinasi toksoid difteri dan tetanus dengan vaksin pertusis (vaksin DPT).
Imunitas yang diperoleh baik karena infeksi alamiah maupun karena imunisasi
aktif, tidak berlangsung untuk seumur hidup.
Jika penyakit berat,
penderita biasanya dirawat di rumah sakit. Mereka ditempatkan di dalam kamar
yang tenang dan tidak terlalu terang. Keributan bisa merangsang serangan batuk.
Bisa pula dilakukan pengisapan lender dari tenggorokan. Pada kondisi yang
berat, oksigen diberikan langsung ke paru-paru melalui selang yang dimasukkan
ke trakea. Untuk menggantikan cairan yang hilang karena muntah, dan bayi
biasanya tidak dapat makan karena batuk, maka diberikan cairan melalui infus.
Gizi yang baik sangat penting dan sebaiknya makanan diberikan dalam porsi kecil
namun sering.
F. Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan cara mencegah kontak
langsung dengan penderita dan dengan imunisasi. Dilakukan vaksinasi aktif pada
bayi. Setiap bayi sebaiknya menerima 3 suntikan dari vaksin pertusis selama 1
tahun pertama diikuti serum tambahan sampai jumlah keseluruhan.
4.
Legionella pneumophilla
A. Morfologi dan klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma proteobacteria
Ordo : Legionellales
Famili : Legionellaceae
Genus : Legionella
Spesies : Legionella pneumophila
Legionella termasuk
bakteri gram negative batang yang tidak meragi D-glukosa, dan juga tidak meragi
nitrat menjadi nitrit. Koloni bakteri ini hidup subur menempel di pipa-pipa
karet dan plastic yang berlumut dan tahan kaporit dengan konsentrasi klorin 26
mg/l. legionella dapat hidup pada suhu antara 5,7oC – 63oC
dan tumbuh subur pada suhu 30oC – 45oC.
Bakteri ini termasuk
bakteri aerobic dan tidak mampu menghidrolisis gelatin ataupun memproduksi
urease. Bakteri ini juga termausk bakteri yang nonfermentatif. Bakteri ini juga
tidak berpigmen dan tidak berautofluoresensi. Selain itu bakteri ini juga
merupakan enzim yang mengkatalis proses redoks atau bisa juga disebut sebagai
katalase positif dan menghasilkan beta-laktamase.
B. Epidemiologi
Bakteri
ini ditemukan secara alami di alam, biasanya di air. Bakteri ini tumbuh subur
di air hangat, seperti di kolam air panas, menara pendingin, atau bagian dari
system pendingin bangunan besar. Bakteri ini ditemukan di sungai dan juga
kolam, keran air panas dan dingin, tangki air panas, dan juga tanah di lokasi
penggalian.
C. Patogenesis
Legionellosis
yang disebabkan oleh Legionella pneumophila bisa menjadi penyakit pernafasan
ringan atau dapat cukup parah untuk dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini
bisa menjadi sangat serius dan menyebabkan kematian dari 5%-30% kasus yang ada.
Dari 10%-40% orang dewasa yang sehat memiliki antibody menunjukkan paparan
sebelumnya terhadap organism, namun hanya sebagian kecil yang memiliki riwayat
pneumonia sebelumnya.
Pada
manusia, legionella pneumophila menyerang dan replikasi di dalam bentuk
makrofag. Internalisasi dari bakteri dapat ditingkatkan dengan adanya antibody
dan system komplemen namun tidak mutlak diperlukan. Terdapat sebuah pseudopod
koil di sekitar bakteri dalam bentuk fagositosis yang unik. Begitu
diinternalisasi, bakteri mengelilingi diri dalam membrane vakuola yang terikat
yang tidak bereaksidengan lisosom yang akan menurunkan bakteri. Dalam
kompartemen yang terlindungi ini, bakteri akan berkembang biak. Bakteri
menggunakan system sekresi tipe IV B yang dikenal sebagai ICM/Dot untuk
menyuntikkan protein efektor ke dalam host. Efektor ini terlihat dalam
meningkatkan kemampuan bakteri untuk bertahan hidup dalam sel inang. Tingkat
bertahan hidup ditingkatkan oleh protein efektor (Ank protein) karena mereka
mengganggu fusi dari legionella yang mengandung vakuola dengan degradasi inang
endosom
D. Sifat biokimia
Legionellae dapat dibiakkan pada media kompleks
seperti ekstrak agar yeast-charcoal buffer (Buffer Carcoal-Yeast Extract/BCYE)
dengan α-ketoglutarat,pada pH 6,9,temperatur 35ͦ C,dan kelembaban 90%.Bifasik
medium BCYE dapat digunakan untuk kultur darah.Antibiotik dapat ditambahkan
pada pembuatan medium selektif untuk legionella.Legionella tumbuh dengan
lambat,koloni yang terlihat biasanya muncul pada hari ke-3 inkubasi,koloni yang
muncul setelah inkubasi selama 1 malam bukan suatu legionella.Koloni melingkar
rata pada seluruh tepi.Mereka beragam warnanya dari yang sedikit berwarna
hingga merah muda menyala atau biru dan dari translusens hingga pekat.Keragaman
morfologi koloni merupakan hal yang umum,dan koloni dengan cepat kehilangan
warna dan kepekatannya.Beberapa generasi bakteri lain pada medium BCYE dan
harus dibedakan dari legionella dan pewarnaan gran dan tes lan.
Legionella dalam biakan darah biasanya membutuhkan
waktu 2 minggu ata lebih untuk tumbuh.Koloni dapat dilihat pada permukaan agar
medium bisafik.
E. Pengobatan
Legionella rentan terhadap eritromisin dan beberapa
obat lain.Obat yang dipilih adalah eritromisin,yang bahkan efektif untuk pasien
immunokompromis.Rifampin,10-20 mg/kg/hari,telah digunakan pada pasien yang
menunjukkan penundaan respon terapi,bantuan ventilasi,serta penanganan syok
adalah penting.
F. Pencegahan
Pencegahan
perkembangan bakteri legionella bisa dilakukan dengan cara minimal seminggu
sekali dilakukan pemeriksaan penampungan air terhadap kerusakan fisik, bau dan
zat organic serta keberadaan serbuk-serbuk yang mengandung legionella.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi
saluran nafas juga disebabkan oleh beberapa bakteri yang masih kurang diisolasi
di Indonesia, mungkin karena metode isolasi/diagnose yang belum sempurna,
misalnya Legionella pneumophila,
Mycoplasma Pneumoniae, Haemophilus influenzae,Bordetella pertussis.
Penularan
infeksi saluran nafas bias secara eksogen, melalui udara, dan bisa secara
endogen yaitu secara hemotogen, atau
limfogen dari focus infeksi di tempat lain. Faktor-faktor
predesposisi terjadinya infeksi saluran nafas adalah antara lain :
5. Faktor
usia, dimana anak kecil dan orang tua lebih mudah menderita infeksi saluran
nafas,
6. Gangguan
pertahanan tubuh, misalnya pada orang-orang dengan sistim imun yang tertekan
atau pertahanan tubuh menurun
7. Gangguan
pada sekresi saluran nafas, misalnya pada sekresi sel epitel saluran nafas yang
berlebih, misalnya pada penderita asma bronkhiale, atau adanya hambatan
pengeluaran secret saluran nafas, misalnya bronkhoektasi,
8. Orang-orang
alkoholik dan pemakai obat terlarang.
B. Saran
Kami mengaharap dan menghimbau kepada para
pembaca apabila ada kesalahan atau kekeliruan baik kata-kata atau penyusunan
agar memberikan saran dan kritik yang bisa mengubah penulis kearah yang lebih
baik dalam penulisan makalah selanjutnya.
Daftar
Pustaka
1.
Staf
pengajar FKUI. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Binarupa Aksara: Jakarta
2.
Brooks,geo F.Butel,anet S dan Morse,Stephen A.2005.Mikrobiologi
kedokteran.Salemba Medika:Jakarta
3.
Johnson,Arthur G.Ziegler,Richard J dan
hawley,Louse.2011.Mikrobilogi dan imunologi.Binarupa Aksara : Jakarta
4.
Wheller
dan Volk. 1990. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta : P.T.
Gelora Aksara Pratama
5.
Lay,
Bibiana. W, dan Hastowo Sugoyo 1992. MIKROBIOLOGI. Jakarta : CV
Rajawali.
6.
Jawetz,
E, J.L.Melnick & E.A.Adelberg.1986.Mikrobiologi
untuk Profesi Kesehatan.Buku Kedokteran EGC : Jakarta
7.
Massi,dr
Muh Nasrun,ph D.Madjid,dr baedah,sp Mk.2008.Mikrobiologi
kedokteran.Fakultas kedokteran universitas hasanuddin : Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar