BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Coronavirus berasal dari bahasa
Yunani κορών yang berarti mahkota (corona). Dilihat di bawah mikroskop
elektron, mahkota terlihat seperti tancapan paku-paku yang terbuat dari S
glikoprotein. Struktur inilah yang terikat pada sel inang dan nantinya dapat
menyebabkan virus dapat masuk ke dalam sel inang.
Coronavirus merupakan virus RNA besar
yang terselubung. Coronavirus merupakan virus RNA strand positif terbesar.
Coronavirus menginfeksi manusia dan hewan sebagai penyebab penyakit pernafasan
dan saluran pencernaan. Coronavirus pada manusia menyebabkan batuk pilek dan
telah dikaitkan dengan gastroenteritis pada bayi. Coronavirus pada hewan yang
lebih rendah menimbulkan infeksi menetap pada inang alamiahnya. Virus manusia
sukar untuk dibiakkan dan karena itu dicirikan dengan buruk.
Tipe baru dari coronavirus telah
diidentifikasi sebagai penyebab penyakit gawat yang disebut SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). SARS
coronavirus (SARS Co-V)secara resmi telah dideklarasikan oleh WHO sebagai agen
causative penyebab SARS. SARS-CoV mempunyai patogenesis yang unik sebab mereka
menyebabkan infeksi pernafasan paa bagian atas dan bawah sekaligus serta dapat
menyebabkan gastroenteritis.
A.
Klasifikasi
Ordo : Nidovirales
Familia : Coronaviridae
Genus : Coronavirus
Coronavirus penyebab SARS terletak pada Group IV ((+)ssRNA)
Tampaknya terdapat dua kelompok antigenik koronavirus manusia, yang
diwakili oleh strain 229E dan OC43.
B.
Morfologi
1.
Struktur dan komposisi
Coronavirus
merupakan partikel berselubung, berukuran 80-160 nm yang mengandung genom tak
bersegmen dari RNA beruntai tunggal (27 – 30 kb; BM 5-6x106),
genom terbesar di antara virus RNA. Nukleokapsid heliks berdiameter 9-11 nm.
Terdapat tonjolan berbentuk gada atau daun bunga dengan panjang 20 nm yang
berjarak lebar pada permukaan luar selubung, menyerupai korona matahari.
Protein struktural virus meliputi protein nukleokapsid terfosforilasi 50-60K,
glikoprotein 20-30K (E1) yang bertindak sebagai protein matriks yang tertanam
dalam lapisan ganda lipid selubung dan berinteraksi dengan nukleokapsid, dan
glikoprotein E2 (180-200K) yang membentuk peplomer berbentuk daun bunga.
Beberapa virus mengandung glikoprotein ketiga (E3; 120-140K) yang menyebabkan
hemaglutinasi dan mempunyai aktivitas asetilesterase.
2.
Genom
RNA
beruntai tunggal linear tak bersegmen, protein stuktural virus meliputi protein
nukleokapsid terfosforilasi dan mengandung dua glikoprotein (bertindak sebagai
protein matriks yang teranam dalam lapisan ganda lipid selubung dan
berinteraksi dengan nukleokapsid), dan satu fosfoprotein terselubung serta
mengandung duri besar / daun bunga yang menyebabkan hemaglutirasi dan mempunyai
aktivitas asetil esterase.
3.
Protein
Protein
yang terdapat dalam coronavirus berupa S (spike) protein (150k), HE protein
(65kD), M (membran) protein, E (envelope) protein (9-12kD), dan N
(nucleocapsid) protein (60kD).
a.
S (spike) protein
(150k)
S protein dapat mengikat
asam salisilat (9-O-acetyl neuraminic acid) pada permukaan membrane sel inang
dimana hal ini memberi kemampuan virus untuk hemagglutinasi. Antibodi yang
melawan S protein dinetralisasi.
b.
HE protein (65kD)
Hanya terdapat pada
coronavirus yang mempunyai protein hemagglutinin-esterase. Bentuk protein ini
juga seperti paku (lebih kecil dari S protein) pada permukaan virus. Protein
ini juga dapat mengikat asam salisilat. Aktivitas esterase dari HE protein dapat
memecah asam salisilat dari rantai gula, yang dapa membantu virus untuk masuk
dalam sel inang dan bereplikasi. Antibodi yang melawan HE protein juga akan
dinetralisasi oleh virus.
c.
M (membran) protein
Protein ini membantu
perlekatan nukleokapsid ke membran dari struktur internal seperti Badan Golgi
dan tidak ditemukan pada membran plasma sel.
d.
E (envelope) protein
(9-12kD)
Protein kecil ini juga
terdapat pada membran virus. Pada sel yang terinfeksi, protein ini ditemukan di
sekitar nucleus dan permukaan sel.
e.
N (nucleocapsid)
protein (60kD)
Nukleokapsid protein
mengikat genom RNA didahului dengan beberapa rangkaian dan menuju M protein
pada permukaan dalam membrane virus. N protein merupakan protein
terfosforilasi. Tidak seperti virus RNA lain, coronavirus tidak bergabung
dengan RNA polymerase dalam partikel virus. Polymerase dibuat setelah infeksi
dengan menggunakan genom RNA positif sebagai mRNA.
C.
Replikasi
Replikasi dari Coronavirus dimulai saat ia mengambil
tempat dalam sitoplasma. Coronavirus
melekat pada reseptor sel sasaran melalui duri glikoprotein pada selubung virus
(melalui E2 atau E3). Coronavirus
manusia dan tikus memakai reseptor yang tidak saling berhubungan. Reseptor
untuk Coronavirus manusia adalah N
aminopeptidase, sedangkan isoform majemuk dari antigen karsinoembrionik yang
berkaitan dengan famili glikoprotein, bertindak sebagai reseptor untuk
koronavirus tikus. Kemudian partikel diinternalisasi, kemungkinan melalui
endositosis absorptif. Glikoprotein E2 dapat menyebabkan penyatuan selubung
virus dengan selaput sel.
Peristiwa pertama setelah
pelepasan selubung adalah sintesis polimerase RNA yang bergantung pada RNA
spesifik virus yang merekam RNA komplementer (untai-minus) dengan panjang
penuh. Hal ini bertindak sebagai cetakan untuk suatu set kumpulan dari 5-7 mRNA
subgenomik. Dengan diterjemahkannya masing-masing mRNA subgenomik ke dalam
polipeptida tunggal, prekursor poliprotein tidak lazim pada infeksi
koronavirus. Kemungkinan RNA genomic menyandi suatu poliprotein besar yang
diolah untuk menghasilkan polymerase RNA virus.
Molekul RNA genomik yang
baru disintesis dalam sitoplasma berinteraksi dengan protein nukleokapsid
membentuk nukleokapsid heliks. Nukleokapsid bertunas melalui selaput retikulum
endoplasmik kasar dan apparatus Golgi pada daerah yang mengandung glikoprotein
virus. Virus matang kemudian dibawa dalam vesikel ke bagian tepi sel cuntuk
keluar atau menunggu hingga sel mati untuk dilepaskan. Virion tidak dibentuk
melalui pertunasan pada selaput plasma. Sejumlah besar partikel dapat terlihat
pada permukaan luar sel yang terinfeksi dan kemungkinan diadsorbsi setelah
virion dilepaskan. Beberapa Coronavirus
lebih sering menimbulkan infeksi sel yang menetap daripada sitosidal.
Gambar
dari replikasi corona virus
D.
Mutasi
Coronavirus
Mutasi virus RNA, tidak hanya Coronavirus, biasanya terjadi
pada saat proses replikasi RNA. Pada proses ini, RNA negatif disintesa dari RNA
positif atau sebaliknya. Sintesa ini dilakukan oleh enzim RNA polimerase dan
sekuen RNA yang disintesa adalah yang komplemen dengan templet.
Pada saat sintesa RNA ini, RNA polimerase terkadang salah baca sehingga yang terbentuk bukanlah sekuen yang komplemen dengan templat. Alhasil, sekuen yang terbentuk adalah yang sudah termutasi.
Pada saat sintesa RNA ini, RNA polimerase terkadang salah baca sehingga yang terbentuk bukanlah sekuen yang komplemen dengan templat. Alhasil, sekuen yang terbentuk adalah yang sudah termutasi.
Untuk virus DNA, dimana yang berperan adalah DNA polimerase,
kesalahan yang sama juga terjadi. Tatapi kesalahan ini bisa diperbaiki, karena
untuk replikasi DNA ada enzim exonuclease yang berfungsi sebagai
“proof-reading” atau “error correction”. Artinya, kalau ada sekuen yang
disintesa tidak komplemen dengan template, enzim exonulease ini akan membuang
sekuen terebut, dan baru kemudian proses sintesa jalan kembali.
Perbedaan inilah sebenarnya yang menyebabkan virus RNA, yang
di dalamnya termasuk Coronavirus, bermutasi jauh lebih cepat daripada virus
DNA.
Nah sejauh mana Coronavirus yang diduga sebagai penyebab
SARS ini bermutasi? Hasil analisa tim dari The Centers for Disease Control and
Prevention (CDC), Amerika Serikat, menunjukan bahwa gen protein dari
protein-protein yang membentuk tubuh Coronavirus penyebab SARS jauh berbeda
dengan Coronavirus yang diketahui selama ini, baik dibandingkan dengan virus
yang menginfeksi manusia maupun binatang.
Berdasarkan antigennya Coronavirus dibagi atas tiga
kelompok. Lebih terperinci lagi, hasil analisa gen dan asam amino pembentuk
protein N, protein S, dan protein M menunjukan bahwa Coronavirus SARS terpisah
dari ketiga kelompok ini. Artinya, Coronavirus yang menjadi penyebab SARS adalah
jenis Coronavirus yang baru yang merupakan hasil dari mutasi. Dan virus ini
diberi nama virus SARS.
E.
Penyakit yang
ditimbulkan
Penyakit pernafasan dan
batuk pilek, infeksi Gastrointestinal akut, penyakit Neurologik susunan syaraf
pada hewan. Pada makalah ini, akan lebih dibahas mengenai SARS Coronavirus.
1.
Gejala dari SARS
Mula-mula gejalanya mirip
seperti flu dan bisa mencakup: demam, myalgia, lethargy, gejala
gastrointestinal, batuk, radang tenggorokan dan gejala non-spesifik lainnya.
Satu-satunya gejala yang sering dialami seluruh pasien adalah demam di atas 38
°C (100.4 °F). Sesak napas bisa terjadi kemudian.
Gejala tersebut biasanya
muncul 2–10 hari setelah terekspos, tetapi sampai 13 hari juga pernah
dilaporkan terjadi. Pada kebanyakan kasus gejala biasanya muncul antara 2–3
hari. Sekitar 10–20% kasus membutuhkan ventilasi mekanis.
Awalnya tanda jasmani tidak
begitu kelihatan dan mungkin tidak ada. Beberapa pasien akan mengalami
tachypnea dan crackle pada auscultation. Kemudian, tachypnea dan lethargy
kelihatan jelas.
Kemunculan SARS pada Sinar X
di dada (CXR) bermacam-macam bentuknya. Kemunculan patognomonic SARS tidak
kelihatan tetapi biasanya dapat dirasakan dengan munculnya lubang di beberapa
bagian di paru-paru. Hasil CXR awalnya mungkin lebih kelihatan. Jumlah sel
darah putih dan platelet cenderung rendah. Laporan awal mengindikasikan jumlah
neutrophilia dan lymphopenia yang cenderung relatif, disebut demikian karena
angka total sel darah putih cenderung rendah. Hasil laboaratorium lainnya seperti
naiknya kadar lactat dehydrogenase, creatinine kinase dan C-Reactive protein.
2.
Penularan SARS
a)
melalui kontak langsung
dengan penderita SARS
b)
melalui udara yang telah
tercemar coronavirus
3.
pencegahan
a) Lakukan
identifikasi segera terhadap semua penderita suspect dan probable sesuai
dengan definisi kasus menurut WHO.
Setiap
orang sakit yang datang ke fasilitas kesehatan (RS, Puskesmas, Klinik di
Bandara dan lain-lain) yang akan dinilai terhadap kemungkinan menderita SARS
dimasukkan ke ruang triage dan disini segera dilakukan pemisahan untuk
mengurangi risiko penularan. Untuk penderita yang masuk katagori probable segera
dipasangi masker, sebaiknya masker yang dapat menyaring udara ekspirasi untuk
mencegah percikan ludah keudara.
Petugas triage harus
memakai masker penutup muka (face mask jenis N/R/P 95/99/100 atau FFP 2/3 atau
sejenis dan memenuhi standar yang ditetapkan) yang dapat melindungi mata dari
percikan. Petugas hendaknya selalu mencuci tangan dengan air mengalir sesuai
dengan prosedur sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, setelah melakukan
kegiatan yang diduga dapat menyebabkan kontaminasi, dan setelah melepaskan
sarung tangan.
Sarung tangan yang
tercemar, stethoscope dan peralatan lain harus ditangani dengan benar,
dicuci dengan disinfektan untuk mencegah penularan. Disinfektan seperti larutan
bahan pemutih (fresh bleach solution) dalam konsentrasi yang cukup harus
selalu tersedia.
b) Lakukan
tindakan isolasi terhadap kasus probable.
Setiap penderita
probable harus segera diisolasi dan dirawat dengan cara dan fasilitas
dengan urut-urutan preferensi sebagai berikut : diisolasi diruangan bertekanan
negatif dengan pintu yang selalu ditutup, kamar tersendiri dengan kamar mandi
sendiri, ditempatkan dalam ruangan kohort pada daerah dengan ventilasi udara
tersendiri dan memiliki sistem pembuangan udara (exhaust system) serta kamar
mandi sendiri. Apabila tidak tersedia sistem supply udara tersendiri,
maka semua AC (mesin pendingin udara) dimatikan dan jendela dibuka untuk
mendapakan ventilasi udara yang baik (catatan : jendela harus yang tidak
mengarah ketempat umum).
Prosedur
kewaspadaan universal untuk mencegah infeksi harus diterapkan dengan ketat
sekali terhadap kemungkinan terjadinya penyebaran melalui udara, melalui
percikan dan kontak langsung.
Seluruh staf
medis dan tenaga pembantu harus dilatih tentang cara-cara pencegahan infeksi
dan cara-cara penggunaan Personal Protective Equipment (PPE) alat-alat
perlingdungan diri berikut ini :
a. Pengunaan
penutup muka/face mask untuk melingdungi penularan melalui saluran
pernafasan. Jenis face mask yang dianjurkan adalah NRP 95/99/100 atau
FFP 2/3 atau jenis yang sama sesuai dengan standar nasional negara yang
bersangkutan.Penggunaan sepasang sarung tangan
b. Penggunaan
pelindung mata
c. Penggunaan
jas sekali pakai
d. Penggunaan
jas sekali pakai
e. Penggunaan
apron
f. Alas
kaki yang dapat didekontaminasi
Pada
waktu merawat dan mengobati penderita SARS sedapat mungkin digunakan peralatan
dan bahan-bahan sekali pakai (disposable) dan setelah dipakai bahan atau
peralatan tersebut dibuang sebagaimana mestinya.
Apabila
peralatan yang telah digunakan akan dipakai lagi, hendaknya disterilkan
terlebih dahulu sesuai dengan petunjuk dari pabrik pembuatnya. Alat-alat
tersebut hendaknya dibersihkan dengan disinfektan yang mempunyai efek
antiviral.
Hindari
pemindahan penderita SARS dari ruang isolasi ketempat lain. Kalau penderita
SARS ini karena sesuatu dan lain hal harus dipindahkan ketempat lain penderita
harus diberi cungkup muka (face mask).
Visite
dibatasi seminimal mungkin dan petugas harus menggunakan pakaian pelindung (PPE
= Personal Preventive Equipment) dengan supervisi yang ketat. Mencuci tangan
mutlak harus dilakukan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita, sesudah
melakukan kegiatan yang memungkinkan terjadi kontaminasi, sesudah melepaskan
sarung tangan. Oleh karena itu harus tersedia fasilitas air bersih yang
mengalir dalam jumlah yang memadai. Untuk disinfeksi cukup digunakan alkohol
apabila tidak ada riwayat kontak dengan bahan-bahan organik yang infeksius.
Perhatian
khusus harus diberikan kepada petugas apabila melakukan tindakan-tindakan
seperti pada pemberian fisioterapi thorax, pada tindakan bronkoskopi
atau gastroskopi, nebulizer dan tindakan-tindakan lain pada saluran
pernafasan serta tindakan yang menempatkan petugas kesehatan kontak sangat
dekat dengan penderita dan dengan sekret infeksius, sehingga kemungkinan
tertular sangat besar.
Seluruh
instrumen tajam harus ditangani dengan tepat dan ketat. Linen penderita harus
dikemas ditempat oleh petugas, ditempatkan didalam kantong khusus (biohazard
bags) sebelum dikirim ke laundry/binatu.
c) Pelacakan
terhadap kontak (contact persons) : yang disebut kontak secara
epidemiologis adalah mereka yang merawat dan atau tinggal dengan atau mereka
yang kontak dengan sekret saluran nafas, cairan tubuh atau tinja penderita suspect
atau probable SARS.
Pelacakan kontak
harus dilakukan secara sistematis. Periode waktu seseorang dianggap sebagai
kontak harus disepakati terlebih dahulu. Kesepakatan ini menyangkut berapa
harikah sebelum timbul gejala seseorang dianggap sebagai kontak apabila mereka
terpajan dengan penderita suspect atau probable SARS
4.
Pengobatan SARS
Antibiotik tidak efektif sebagai SARS adalah penyakit virus
dan para CDC merekomendasikan bahwa pasien dengan SARS menerima perlakuan yang
sama yang akan digunakan untuk pasien dengan setiap serius diperoleh masyarakat
pneumonia atipikal.
Pengobatan SARS sejauh ini telah sebagian besar mendukung
dengan antipyretics, tambahan oksigen dan ventilasi dukungan yang diperlukan -
bersama dengan lengkap penghalang untuk diperlukan setiap kontak dengan pasien
Tidak ada komentar:
Posting Komentar